Tapisebelum ini agar anda percaya bahwa saya tidak sedang bertaqiyah, maka saya awali dahulu dengan bersumpah bahwa demi Allah, sampai dengan sekarang saya tidak pernah bertemu lalu berkenalan dengan orang – orang syiah, atau tidak ada satu orangpun yang pernah saya temui, mereka mengaku sebagai orang syiah.
BundaNia Kurniasari katanya terlalu muak lihat unggahan merekKenapa bunda malah komen dengan pic dapur sisa Metrik kitchenberarti muaknya separo aja bunda Kesembronoan dengan kesombongan muncul pada data (12) Karna kerja di metrik ini hasil sisa bahan baku dari metrikAlhasil buat dapur di kafeQiqiqiqiiii.
8 Mereka menjual isi kitab suci dg harga yg murah. 9. Di antara Ahli Kitab menyamarkan kebenaran dg kebatilan 10. Mereka menyembunyikan kebenaran mengenai kenabian Muhammad SAW STATUS ISA AL-MASIH. Nabi Isa disebut namanya: Isa, alMasih, dan ibn Maryam Ia adalah anak manusia, beribu Maryam dan tdk berbapak. Ia bukan Tuhan dan bukan Anak Tuhan.
Vay Tiền Nhanh. Uploaded byMuhammad Arif 82% found this document useful 11 votes38K views7 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document82% found this document useful 11 votes38K views7 pages19 Surah MaryamUploaded byMuhammad Arif Full descriptionJump to Page You are on page 1of 7Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Zakaria semakin heran ketika melihat buah-buahanmusim dingin berada di situ. Bahkan, buah-buahan yangnamanya belum pernah diketahuinya pun ada dalam nampantersebut. Baunya sangat harum, berwarna cerah, dan dalam usianya yang masih sangat muda waktu itu,Maryam telah berkata penuh hikmah kepada Zakaria yangsudah berusia lanjut. “Jika berkehendak, Allah kuasa melimpahkan rezeki yangtidak terbatas...” Ya, sungguh benar apa yang telah Maryam katakan. Segalanya harus diminta dari sisi Allah. Dialah Zat yangperbendaharaan kekayaan-Nya tiada berbatas dan tidakmungkin berkurang. Sungguh, Maryam adalah putri yang mulia dengan kata-katanya yang penuh hikmah. Sebenarnya, hakikat yang didapati Maryam bersumberdari ajaran Nabi Zakaria. Kini, kepribadian mulia yang adapada diri Zakaria telah berkembang, pecah menjadi Zakaria pun mengangkat tangan untuk berdoa kepadaAllah agar dikaruniai keturunan yang juga berhati muliaseperti Maryam. Maryam sangat jarang bicara. Dirinya selalu bergegasuntuk kembali mendirikan salat dan memperbanyak zikirkepada Allah. Nabi Zakaria yang melihat kepribadian Maryamini tak kuasa menahan tangis. Ia berucap syukur kepada Allahdalam lantunan doa. Sungguh, Maryam memang hamba yang mulia. Diaibarat bunga yang terjaga dengan sempurna sepanjang hari,terutama di waktu malam yang digunakannya untuk selalubertasbih kepada Allah. dirinya dikarunia seorang putra yang muliaseperti dirinya... Demikianlah suara lembut hati Zakaria untuk berdoakepada Tuhannya.... “Yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang rahmatTuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkalaia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Iaberkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dankepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewadalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnyaaku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedangkanistriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah akudari sisi Engkau seorang putra yang akan mewarisiku danmewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, yaTuhanku, seorang yang diridai.” Maryam 19 2-6 Kemudian, Zakaria berpamitan dengan Maryamuntuk kembali membuka dan menutup semua pintu serayakeluar dari mihrab. Saat Nabi Zakaria berjalan di dekat tempat pengumpulankurban, ia kembali melihat seorang pemuda berpakaian putihyang sedang menunaikan salat. Dengan cepat, Zakaria melangkahkan kaki mendekati pemuda itu. “Mengapa di malam yang gelap gulita ini pemuda itusudah berada di sini? Bagaimana dia bisa memasuki ruanganini? Tidak ada orang lain di tempat itu. Lantas, bagaimana diatiba-tiba bisa masuk?” pikir Nabi Zakaria. Saat itulah sang pemuda yang tidak lain adalah MalaikatJibril itu berseru kepada Zakaria . Zakaria, sungguh Kami memberi kabar gembirakepadamu akan beroleh seorang anak yang namanya Yahya,yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orangyang serupa dengan dirinya.” Maryam [19] 7 Zakaria pun kaget seraya berlindung kepada segera mengucapkan basmalah dan bergegas mendirikansalat. Suara yang baru saja didengarnya itu kini kembaliberseru kepadanya. Para malaikat memanggilnya ketika dia berdirimelaksanakan salat di mihrab. “Allah menyampaikan kabargembira kepadamu dengan kelahiran Yahya yang akanmembenarkan sebuah kalimat firman dari Allah, panutan,berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu, dan seorangnabi di antara orang-orang saleh.” Ali Imran [3] 39 Seusai mendirikan salat, Zakaria mengangkat keduatangannya untuk kembali berdoa dengan hati yang palingkhusyuk. “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak,sedangkan aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?Berilah aku suatu tanda bahwa istriku telah mengandung.” Wahyu pun turun... Tandanya bagimu adalah bahwa kamu tidak dapatberbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali denganisyarat. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknyaserta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” Zakaria hampir pingsan tertelungkup saat bersujud. Iapun melakukan sujud syukur atas kabar gembira itu. Kedua masih berdesing. Jantungnya juga berdebar-debarkeras merasakan wahyu yang baru turun. Dirinya telahmendapatkan limpahan nikmat yang sangat besar. Allah telahmenurunkan wahyu-Nya untuk memberikan kabar gembirayang telah bertahun-tahun dinantikannya dengan penuhharapan dan ratapan. Nabi Zakaria luluh dalam tangisan. Napasnya seakan-akantersendat. Ia luluh dalam tangisan sampai susah bernapasdalam tangisan disertai batuk yang tidak berhenti. Beberapasaat kemudian, suara tangisannya terdengar seperti seorangyang terjepit di antara dua pintu atau tertindih batu. Doa-doayang ia panjatkan seolah-olah telah mengeluarkan isi jantungdan hatinya. Tiba-tiba, dari dalam ruangan memancar seberkascahaya. Pada saat yang sama, Zakaria merasakan tubuhnyaditindih sesuatu yang sangat berat. Ia pun kemudian berusahamelonggarkan ikatan pada kerah bajunya. Tubuhnyakembali tertelungkup saat mencoba berjalan menuju ruangpersembahan karena lantai yang begitu dingin tersentuhkedua telapak kakinya. Nabi Zakaria pun menggigil sepertiterkena malaria. Ia tidak mampu berbuat apa-apa. Tak mampumembuka mulut untuk berteriak meminta bantuan. Tubuhnyaterus menelungkup dengan kedua kaki yang ia ganjalkan padaperut untuk menahan dingin yang semakin yang luar biasa. Bibirnya kini bergetar dengan gigi-gigi yang saling berbenturan. Dalam kondisi seperti ini, takada yang mampu ia lakukan kecuali mengucapkan kata Allahlewat getaran di bibirnya. Entah berapa lama Zakaria beradadalam keadaan seperti itu. Ia mencoba bangkit, namun selalukembali jatuh. kedua matanya dapat terbuka, hari sudah menjelangpagi. Ia pun berusaha bangkit dalam keadaan sekujur tubuhkuyup oleh keringat. Perlahan, ia mencoba membenahi jubahdan syalnya, serta beranjak kembali ke rumahnya. Al-Isya sangat kaget begitu membuka pintu untuksuaminya. “Apa yang telah terjadi, bagaimana keadaan Maryam?Mengapa terlambat begitu lama?” tanya al-Isya. Zakaria tidak menjawab berondongan pertanyaan seolah-olah terkunci dan lidahnya tidak lagi dapatberkata-kata. Seluruh kata tertelan ke dalam mulutnya. NabiZakaria tidak dapat berbicara. Kemudian, ia memberikanisyarat untuk diam dengan jari tangannya dan kemudianberanjak menuju kamar. -o0o- Genap tiga hari nabi Zakaria tidak keluar dari masih sama dengan hari pertama, terus menggigildan menangis sambil berzikir kepada Allah. Orang-orang yang datang ke rumahnya mengira dirinyasakit parah. Mereka pun panik dan khawatir. Namun, Zakariamemberikan isyarat dengan tubuhnya agar mereka jangansedih dan khawatir. Ia mencoba meyakinkan kerabatnyabahwa dirinya baik-baik saja. Tiga hari lamanya Zakaria dalam keadaan seperti itu. Yang keluar dari mulut Zakaria bukanlah kata-kata dankalimat. Tidak ada seorang pun yang memahami arti suaranyadalam napas yang terengah-engah, tersedak dalam juga sama sekali tidak berkenan makan maupun minum. al-Isya paham. Suaminya sedang menyimpanrahasia yang begitu luar biasa. Nabi Zakaria kembali jatuh pingsan setelah menyebutYaa Rabb!’ Begitu siuman, ia segera mengambil wudu untukmendirikan salat. Saat salat, ketika menyebut kata Ya Allah’,kedua kakinya gemetar sampai kemudian jatuh dalam isak yang sedu-sedan yang terdengar dari lafaz dari lafaz-lafaz zikir itu, hanya Allah dan Nabi-Nyayang tahu. Nabi Zakaria tenggelam dalam lautan zikir. Lidah dan kedua matanya tidaklah berucap dan melihatselain kekuasaan Allah. Nabi Zakaria memang seorang ahli zikir. Hatinya begitulembut. Ia telah mengorbankan seluruh hidupnya untukmerawat Maryam, keponakan dari istrinya. Sungguh, iaadalah seorang nabi yang penuh pengorbanan. Alim. sangat senang menunaikan salat. Tidak pernah sejenak punlupa dari berzikir kepada Allah. Namun, kondisinya saat ini luar biasa. Nabi Zakariaseolah-olah seorang hamba dari alam lain. Ia tidak berbicaradan hanya mengeluarkan suara yang menandakan cintanyakepada Tuhan tanpa seorang pun mengetahui maknanya. Sama seperti wahyu yang diberitakan, Zakaria tidakmampu berbicara dengan seorang pun. Tidak bisa berkatasepatah pun dalam bahasa dunia. Ia seolah-olah telah beradadalam dimensi dunia lain. Tidak ada lagi yang bisa diperbuatkecuali senantiasa berzikir. Zikir adalah salat, doa... Zikir adalah ingat dan mengingat, membangkitkan kembaliakal, membersihkan dan membuatnya menjadi kembali kini ia memusatkan semua titik fokusnya kepada Allah. seperti pergi ke luar. Menguak, melahirkan segalayang tersimpan dan terpendam sebagaimana melepaskanikatan kuda dari dalam kandangnya untuk dipacu sekencang-kencangnya. Bagi Zakaria, ia kini sedang berlari sekencang-kencangnya kepada Allah. Terkoyak dalam kerinduan kepada-Nya, seperti hempasan aliran sungai menerjang batu-batubesar dari ketinggian gunung. Dan zikir adalah melesat ke depan. Melesat dengankencang anak panah doa dan munajat yang terlepas daribusurnya menuju Allah. Setelah berada dalam keadaan yang begitu luar biasamenyimpan rahasia, Zakaria akhirnya kembali dapat berkata-kata dalam bahasa sehari-hari. Setelah menceritakan apa yangtelah dialaminya kepada al-Isya, sang istri pun dengan penuhkesediaan dan kesetiaan membenarkannya. “Engkau adalah hamba tercinta dari Allah yang senantiasamelaksanakan perintah-Nya. Seorang yang selalu melindungihak-hak anak yatim, yang hidup dengan kesahajaan, sertaberbuat baik terhadap kerabat, tamu, dan musair. Sungguh,apa yang telah diwahyukan kepadamu adalah sesuatu yanghak. Dan diriku telah mendengar, beriman, dan taat denganhal itu.” Betapa mulia diri al-Isya sebagai teman hidup seorangnabi. Gembira dengan penuh luapan kasih sayang Zakariamemandangi kedua mata istrinya yang memancarkankeimanan dan kesetiaan. Mereka pasangan yang baik, sahabatyang mulia, sempurna, dan senantiasa bersyukur kepadaTuhannya. -o0o- hari ketiga, Nabi Zakaria kembali berdoa kepadaAllah. “Duhai Allah, jika bukan sebuah kewajiban yang telahditindihkan di atas pundakku, niscaya diriku tidak akanmencoba berzikir kepada-Mu. Sungguh, diriku tidak mungkinkuat berzikir sesuai dengan keagungan-Mu. Jadi, bagaimanamungkin diriku akan mencoba melakukan hal seperti itu?Sungguh, dapat bertasbih kepada-Mu dengan sebenar-benarnya adalah kemuliaan yang paling agung. SemogaEngkau berkenan melimpahkan nikmat itu, duhai Allah!Dan sungguh, limpahan nikmat agung yang telah Engkauanugerahkan kepada kami tidak lain adalah mengalirkanlafaz-lafaz zikir kepada-Mu dalam lidah kami karena Engkautelah memperkenankan kami bertahmid, tasbih, bermunajat,dan memanjatkan doa ke haribaan-Mu. Sungguh, beribusyukur hamba haturkan ke hadirat-Mu, duhai Allah! DuhaiRabbi, semoga Engkau berkenan menyempurnakan limpahannikmat-Mu atas diri kami. Karuniailah kami anugerah untukselalu dapat mengingat-Mu, baik ketika sendiri maupun dalamkeramaian, saat siang atau malam, terang-terangan maupunsembunyi-sembunyi, dalam kenyamanan maupun kami seorang yang selalu beramal dengan hati yangbersih tanpa mengharapkan apa-apa. Ampunilah segala dosadan kesalahan kami. Janganlah Engkau menimbang kesalahan-kesalahan kami dengan neraca timbangan yang terlalu jeli! Duhai Allah! Para hamba-Mu yang berhati bersih selaluterikat dengan cinta dan kasih-Mu. Sungguh, hati hanya akanmendapati ketenangan dan mencapai kedalaman denganmengingat-Mu. Demikian pula rasa dan nafsu hanya akanmendapati kepuasan, bahkan mencapai kemuliaan, ketika diri-Mu. Engkaulah Zat yang akan membuat setiapmakhluk senantiasa bertasbih di mana pun dan kapan juga yang disembah pada setiap masa. Tidak ada awaldan akhir bagi keberadaan-Mu. Engkaulah Yang Mahaawaldan Mahaakhir. Tuhan yang dipinta dalam setiap bahasa,dalam setiap pujian dan doa. Ya Rabbi! Jika sampai saat ini diriku pernah menyangkaadanya hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakanselain dari berzikir mengingatMu, jika saja diri ini pernahmerasa adanya ketenangan pada hal selain diri-Mu, pernahmencari kedekatan selain dari mendekatkan diri kepada-Mu,pernah menyibukkan diri dari taat kepada-Mu maka sungguhdiri ini bertobat atas semua itu. Sungguh, diri ini tobat serayamemohon ampunan dari sisi-Mu!” Luluh Sang Nabi yang setia dalam linangan air mata... -o0o- Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian, al-Isya pun mengandung. Nama bayi yang dikandungnya telah ditetapkan jauhsebelum sang bayi berada dalam kandungan Yahya. -o0o- Lngt pn Bergerk Peristiwa yang terjadi dengan Maryam ikut disaksikanlangit dengan sebuah kejadian yang besar. Para ahli astronomidi Harran menyatakan hal tersebut. Saat itu, langit menunjukkan kejadian luar biasa. Yupitermuncul dari sebelah timur rasi bintang Aries. Pada waktu yangbersamaan, bulan juga berada pada lingkaran rasi bintangAries, yang kemudian bergerak menuju ke arah secara tiba-tiba, Yupiter juga bergerak mengarahke rasi bintang Aries. Setelah menetap selama beberapahari, Yupiter bergerak mendekati bulan. Keadaan seperti itutentu saja menggemparkan. Menurut perhitungan para ahliastronomi, posisi bulan dan Yupiter yang seperti itu akanmenyebabkan tabrakan dahsyat. Kiamat pun bisa terjadi. Sungguh tidak aneh jika mereka merasa khawatir. Apalagi,Matahari dan Saturnus juga secara mengejutkan telah beradapada lingkaran Aries. Namun, saat para ahli astronomi memperkirakan tabrakandahsyat antara bulan dan Yupiter akan terjadi, secara tiba-tiba Yupiter berbalik arah menuju belakang lingkaran bintang sehingga hati para ahli astronomi dipenuhi akhirnya, Yupiter kembali kepada garis edarnya di antaraplanet-planet. Namun, sebuah peristiwa yang dialami ilmuwan mudadari madrasah Harran yang bernama Keldani Urpinasy telahmenimbulkan desas-desus dan gunjingan di saat Yupiter mengalami pergerakan kembali pada garisedarnya, Urpinasy bersama dengan sahabatnya dari Arab yangbernama Ismail Alawi dan Efridun Hurmuzi yang dari Persiasedang menggambar peta angkasa. Entah apa yang telahterjadi, kedua mata Urpinasy tiba-tiba buta. Meski seorangdokter bernama Revaha Nejrani telah menyampaikan bahwakebutaan itu bersifat sementara, gosip dan gunjingan tetapmenyebar ke mana-mana. Para guru dari madrasah ilmu astronomi berkata bahwakejadian itu adalah bentuk hukuman akibat melampaui batassaat ingin mengetahui sesuatu. Wajarlah jika ilmuwan mudaitu mendapatkan kutukan dari roh jahat. Sementara itu, para ustaz yang berpegang teguh padaitikad dan keimanan yang hanif menyatakan bahwa hanyaAllah yang menjadi satu-satunya penguasa untuk memberikanhukuman, sedangkan setiap makhluk, seperti roh jahat, samasekali tidak memiliki kewenangan menghukum. Lebih dari itu,melihat kejadian luar biasa di angkasa dan juga peristiwa yangdialami Urpinasy, mereka yakin bahwa semua itu merupakantanda-tanda hari kiamat telah semakin dekat. Bukankah memang demikian? Ilmu sudah tidak lagi dihargai, kemaksiatan dan dosamerajalela, serta orang-orang suci dan tidak bersalah diusirdengan paksa dari tanah kelahirannya. Bahkan, para nabi menyeru dan membimbing umat manusia kepada jalankebenaran pun mereka bunuh. Semua kejadian itu telahmembuat seorang ustaz bernama Berra bin Urkusyi yang telahberusia seratus tahun lebih menyendiri atau beruzlah di balikjeruji besi. Sungguh, semua tanda itu telah menggambarkanhari kiamat semakin dekat, mungkin tinggal beberapa saat lagi. Di sisi lain, Ismail Alawi, Efridun Hurmuzi, dan Urpinasysangat tahu bahwa yang membuat mata mereka buta karenaterkena cahaya menyilaukan adalah pergerakan bintangberekor. Menurut Alawi, sesuai dengan kisah Arab kuno, bintangberekor itu dinamakan Bintang Betlehem meski seorang kepalamadrasah ilmu astronomi bernama Hezarfen Taki Rafeti yangterkenal skeptis telah menolak mentah-mentah pendapat inikarena dapat mengganjal upaya-upaya penelitian akademis. Hurmuzi kemudian mengingatkan perihal ujian lisandi bulan depan sehingga menyarankan sahabatnya tidakpernah menyinggung tentang cerita-cerita kuno. Hal itudapat membuat para ustaz yang menguji tes lisan naik Alawi pun setuju sehingga cerita kuno tentang bintangBetlehem hanya menjadi rahasia di antara mereka bertiga. Meski buta sementara yang diderita Urpinasy telahsembuh, pengaruh khayalan selama sakit tidak juga kunjunglenyap dari angan-angannya. Selama sakit, Urpinasymendengar seruan tentang kedatangan seorang raja yangdapat menyembuhkan orang-orang sakit, memulihkan orangbuta, menyembuhkan kusta, hingga kemudian dirinya akandiangkat ke langit. Ia juga mendengar bahwa dirinya harusmengikuti pergerakan bintang berekor itu ke arah Betlehemuntuk mengikuti jejak sang raja. menyelesaikan ujian akhir tahun, ketiga pemudaitu memutuskan mengikuti jejak bintang berekor itu. Merekamenghadap para ustaz di madrasah ilmu astronomi danmeminta izin mengadakan perjalanan ke arah Suriah untukmengunjungi saudaranya. “Kita semua harus menyuguhkan dalil berupa hadiahkepada sang raja yang ditunjukkan bintang ekor itu,” kataUrpinasy. Ini adalah adat, kebiasaan kuno yang sangat pentingdalam kelahirannya di tempat para penyembah api. Teman-temannya yang lain juga menerima pemikirannya ini. Salingmemberikan hadiah adalah hal mulia. Sesuai dengan mimpi Urpinasy Hurmuz Efridun akan memberikan emasnya’; UrpinasyHovhannes membawa tanaman murrusafi; dan Ismail Alawimengajukan kendir untuk diberikan kepada raja yang akandilahirkan sebagai sebuah dalil dan penghormatan. Hurmuz berkata, “Karena dia adalah tuan bagi semuamanusia, seorang yang paling terkemuka dan mulia, aku akanmemberikan hadiah yang paling mulia pula, yaitu emas.” Tak ketinggalan, Urpinasy berkata “Karena sang raja iniakan menyembuhkan banyak orang sakit, memulihkan kembalipenglihatan orang buta, aku memilih tanaman murrusafi yangmengandung banyak khasiat dan cepat menyembuhkan sebagai dalil dariku.” Ismail Alawi menambahkan, “Karena sang raja akandiangkat ke langit, aku akan memberikan hadiah berupakandir, yang ketika dibakar asapnya paling cepat terangkat kelangit.” raja yang dimaksud tidak lain tidak bukan adalah Isa . Mereka tidak tahu dan hanya sebatas mengejar rasa ingintahu. Mereka terus berjalan menyusuri arah bintang yangmereka amati dengan teropong. Setelah tiga bulan kemudian,mereka telah sampai ke kota al-Qudds. Pakaian dan logat bicara yang sangat berbeda membuatsemua orang memerhatikan mereka. Lebih-lebih, merekaberdialog menggunakan bahasa Latin. Tak pelak, para penjagakeamanan langsung membawa mereka ke hadapan sang rajauntuk memastikan kemungkinan mereka adalah utusan rajadari Roma. Kini, mereka telah berada di depan penguasa al-Quds,yaitu Raja Herodes. “Yang mulia. Kami adalah ahli astronomi yang datang kekota Anda dari Harran dengan melewati Damaskus. Kamisedang mengikuti arah pergerakan bintang berekor. Orang-orang Arab menamakannya bintang Betlehem. Sesuai dengankitab suci yang kami pelajari di madrasah Harran dan jugadari kitab suci yang diyakini karya Nabi Danial, pada masayang dekat akan lahir raja yang memiliki kelebihan ruhaniluar biasa. Kedatangan kami ke sini adalah untuk mencarijejak raja itu,” kata Efridin Hurmuzi mengawali diplomasinyadengan keulungan gaya Persia. menyimak penuturan itu, perhatian sang rajatertuju kepada Zakaria dan keluarganya. Selama ini,Zakaria dianggap masyarakat sebagai nabi dari kaum BaniIsrail. Dalam diri dan keluarganya sering terdengar hal-halluar biasa yang mendekati apa yang telah disampaikan paraahli astronomi itu. Sang raja pun tak luput dari ingin memanfaatkan para pemuda ahli astronomi itu untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan mengusut keberadaan seorang bayi yang disebut-sebut akan lahir sebagai raja itu. Herodes berencana secepat mungkin mengakhiri nyawabayi itu. Herodes lalu menerima dan menyambut ketiga pemudaahli astronomi itu dengan baik. Ia berharap mereka dapatsegera menunjukkan jejak seorang bayi yang nantinya akanmenjadi lawan posisinya sebagai seorang raja. “Silakan makan dan minum sepuasnya. Anda sekalianadalah tamuku,” kata Herodes. “Jika nanti kalian telah menemukan sang raja yangdimaksud, segera beritahuku sehingga kami dapat segeramemberikan penghormatan dan pengabdian yang semestinyadilakukan. Dengan demikian, rakyat kami dapat mengambilmanfaat dari keahlian dan ilmu Anda sekalian.” Setelah bicara untuk beberapa lama, Herodes segerakembali ke dalam ruangannya tanpa sedikit pun ikut makan. ahli astronomi itu memang diberikan kebebasanseluas-luasnya untuk mengadakan perjalanan dan penelitiantanpa mengalami sedikit pun hambatan dan larangan. Namun,di balik semua itu, tanpa mereka sadari, sang raja juga telahmenyebar mata-mata untuk selalu mengikuti setiap gerakanmereka. -o0o- nugerah uar Bisa Dalam waktu yang singkat, Maryam telah memikat hatisetiap orang. Ketakwaan dan doa-doa yang senantiasa iapanjatkan telah menebar kasih sayang kepada semua malam Maryam mengunjungi orang-orang yangmenderita sakit untuk berbagi penderitaan bersama denganmereka. Maryam menyeka kening mereka dengan kain yangdibasahi air hangat dan tak lupa mendoakan yatim juga selalu menunggu-nunggu kedatanganMaryam. Mereka akan saling berebut memegangi tangannyadan tidur di atas pangkuannya. Maryam juga sangat mencintaimereka. Maryam akan membelai dan menyisiri rambutmereka, membasuh muka mereka, serta berbagi segala yang iamiliki, seperti roti kering maupun setandan anggur. Maryamseakan-akan menjadi seorang perawat bagi masyarakat miskindan lemah. Ia selalu mendatangi rumah setiap orang yangmembutuhkan ketenangan jiwanya yang begitu luas. tinggal di dalam mihrab, Maryam selalu mendapatkan berbagai anugerah luar biasa. Ia kerap mendengar suara-suara, yang tak lain adalah suara malaikat yang sedang berbicara dengan Maryam untuk menyampaikan perintah Allah. Nabi Zakaria juga seorang yang sering mendengar suaraseperti itu. Perbedaannya, karena Zakaria seorang nabi,malaikat dapat berbicara dengan wujud seorang manusia,sementara Maryam hanya mendengar suara. KemampuanMaryam mendengar suara para malaikat inilah telahmenjadikan dirinya dijuluki Muhaddasa. Para rasul dan nabi mampu melihat malaikat yangmembawa wahyu atau bermimpi bersama para malaikat yangmembawa wahyu. Sementara itu, para muhaddasa mampumendengar suara para malaikat yang membawakan wahyukepadanya. Suara itu berkata seperti demikian... “Wahai Maryam! Allah telah memilihmu.” Suara ini terdengar semakin menggema memenuhi mihrabtempat Maryam berada. “Allah telah memilihmu, dengan menciptakanmu begitusuci. Ia telah memilihmu di antara semua wanita di dunia!” “Wahai Maryam. Taatlah kepada Tuhanmu.” “Sujud dan hormatlah kepada Tuhanmu!” “Terhadap orang-orang yang rukuk kepada-Nya, ikutlahkamu rukuk.” ini kian hari kian menggema. Cahaya nuraniyang dipancarkannya memenuhi seisi mihrab. Setiap kalimenggema, suara itu memantul begitu harmonis ke arahdinding-dinding mihrab sehingga menjadikan hati Maryamhanyut dalam perasaan yang begitu lain. Sebuah perasaan yangbelum pernah dirasakan sebelumnya. Karena itu, dalam diriMaryam muncul keringanan untuk segera melaksanakan apasaja yang diperintahkan wahyu itu dengan penuh semangatdan penghambaan. Peristiwa yang dialaminya pada akhir-akhir ini telahmembuat Maryam semakin rajin beribadah. Maryam makinberlama-lama diri, rukuk, dan sujud dalam salat sehinggapergelangan kakinya mulai bengkak. Anehnya, ia sendiri tidakmerasakan kelelahan sama sekali. Sering Maryam tidak bangkit dari sujud sampai berjam-jam. Seolah-olah kening Maryam semakin luas, meninggi menggapai percikan cahaya Ilahi. Kening Maryam yang terangkat luas dan tinggi... Kedua tangan Maryam yang terangkat luas dan tinggi... Adalah tanda awal dari seorang anak yang dikurbankankepada Tuhannya... Demikianlah kening dan tangan Maryam menjadi begituterang bercahaya karena terus bersujud. Dalam perintah “Terhadap orang-orang yang rukuk kepadaTuhannya, engkau juga ikut rukuk”, Maryam memahami kalaudirinya harus ikut berdoa dan mendirikan salat dengan paraalim di Baitul Maqdis. menjelang Hari Raya Mawar, dengan sembunyi-sembunyi Maryam ikut salat bersama dengan para berada di barisan paling belakang di kubah Sahra perintah wahyu yang ia dengarkan, keinginanMaryam semata-mata hanya untuk dapat rukuk dan sujudbersama dengan para alim. “Sujud bersama dengan orang-orang yang sujud....” Namun, sesuai dengan perintah para rahib Baitul Maqdis,wanita dilarang memasuki kubah Sahra Suci yang terletakdi sebelah timur tempat amanah-amanah suci masuk, mendekat saja kaum wanita dilarangkeras. Dengan perintah Ilahi, Maryam telah mendirikan salatberjamaah di Kubah Suci itu seraya mengakhiri larangan danhal yang dianggap tabu oleh peraturan selama ini. Para rahib yang melihat Maryam berada di sana menjadimarah besar. Mereka dengan tega mengusir dan menyiksaMaryam dengan tindakan yang sangat kejam. Maryam telah diputuskan menerima hukuman yangberat. Semua orang yang tidak terima dengan apa yangdilakukannya ini telah meminta agar hukuman yang diberikanadalah mati. Begitu mendengar keributan, Zakaria langsung berlarimenuju tempat para rahib berkumpul untuk memutuskanperkara. Saat Nabi Zakaria menyampaikan bahwa Maryamtelah mendengar suara yang telah memerintahkannya untukberibadah secara berjamaah, kemarahan dan penghinaansemakin bertambah. Mungkinkah seorang wanita, apalagi masih bocah,mendengarkan suara dari Ilahi? Mungkinkah ia mendapatkanwahyu dari Allah? Mungkinkah malaikat memberikan ilhamkepadanya? Mungkinkah semua ini terjadi? Ketika ada begitubanyak orang yang telah mengabdikan seluruh hidupnyadi jalan Allah sampai rambut janggutnya memutih semua,bagaimana mungkin malaikat memberikan wahyu kepadaseorang bocah? Belum cukupkah Zakaria yang menyatakandirinya sebagai nabi sampai-sampai Maryam juga menerimawahyu? Keributan semakin meluas. Semua orang bicara dengannada keras penuh kemarahan, seolah-olah sudah tidak kenalkata ampun lagi. “Apakah engkau sadar dengan apa yang engkau ucapkanwahai Zakaria? Mungkinkah Allah berirman kepadawanita?” “Apakah kamu sekarang ingin menyatakan persamaanantara wanita dan laki-laki, wahai Zakaria?” “Bukankah engkau mengetahui syariat Musa wahaiZakaria?” “Bagaimana engkau bisa lupa bahwa dalam syariat Musawanita dilarang memasuki Kubah Suci?” “Sungguh, engkau adalah orang yang telah keluar darisyariat. Hukuman yang layak bagimu adalah mati.” Demikianlah mereka menghina dan mengancam Zakaria. “Semua ini,” kata Nabi Zakaria “adalah syariat milik kaliandan bukan syariat Musa !” “Tapi... syariat ini telah selama bertahun-tahun menyatukankita dan mengatur kehidupan kita!” sergah Mosye “Syariat kamu sekalian telah jatuh untuk berbuatkezaliman,” lanjut Zakaria. saja kalian berkata syariat. Padahal, yang seharusnyaadalah melihat hati kalian, wahai saudara dan para putrapamanku. Sungguh hati, kalian sudah berkarat, sudah tidakada lagi rasa belas kasihan dan iba. Kita saksikan rakyat beradadalam kemiskinan, kelaparan, sakit, dan menderita bebanpajak yang begitu berat. Coba sekarang tolong kalian katakan,di mana syariat yang kalian sebut-sebutkan itu? Denganmengatasnamakan syariat, kalian mengumpulkan harta darikurban dan persembahan. Namun, apa yang kalian lakukanselain hanya menyalakan perapian suci? Inikah yang kaliansemua sebut-sebut sebagai syariat? Padahal, tidakkah Yahovatelah berkata dalam Taurat? Aku mencintai kasih sayangdan kedekatan, bukan daging kurban. Aku menginginkanmuagar mengenal Allah bukan bagaimana memegang api oborperibadatan.’ Lalu, sekarang apa yang telah terjadi dengan hatikalian? Tidakkah kalian mendengar apa yang telah Yahovakatakan? Aku menginginkan masyarakat yang kesadaranmereka senantiasa mengalir di dalam jiwa sebagaimana airmengalir. Keadilan mengalir seperti aliran sungai yang tidakpernah mengering.’ Anak-anak yatim dan para wanita janda terpaksa harusmeminta-minta untuk dapat mengisi perut mereka. Kaumfakir miskin tidak mampu mendapatkan pakaian. Sampai,orang-orang telah mulai meninggalkan al-Quds untuk mencaridaerah yang dapat memayungi kehidupan mereka dengankeadilan. Namun, kalian masih juga menikmati kehidupanyang penuh dengan kenyamanan serta terus mendakwahkansyariat. Sungguh, aku khawatir sekali dengan jiwa kasih sayangyang telah hilang dari dalam jiwa kalian. Dan sungguh, kaliantelah merugikan diri kalian sendiri.” Baitul Maqdis masih bergema dalam seruan lantangNabi Zakaria. Namun, hati mereka membisu dan tuli sebagaimana bisudan tulinya bebatuan. Bahkan, mereka telah meminta Maryamdan Zakaria dihukum dengan kematian... Dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin Maryamakan tetap bertahan di Baitul Maqdis? -o0o- Trn kpada Marym Tirai Ketika mulai tumbuh dewasa, Maryam menyelimutiseisi mihrabnya dengan tirai. Tirai itu pula yang membatasiZakaria dan Yusuf sang tukang kayu saat berkunjung danberbicara dengannya. Padahal, sewaktu kecil, Maryam selalu menantikankedatangan Yusuf. Tukang kayu itu kerap membawakanmainan dari tempurung kemiri yang dicat warna-warnioleh Merzangus. Bahkan, Yusuf juga membawakan anakkucing atau burung yang menjadi kesukaan Maryam. Ia akanmenyimpannya rapat-rapat di dalam keranjang untuk dibawake dalam mihrab. Bersama dengan Maryam, Yusuf membawakan kendiuntuk diisi air pancuran dari pelataran masjid. Yusuf jugasering membawakan mainan berbentuk mahkota yang terbuatdari rangkaian bunga kering atau rajutan benang. Tidakpernah Yusuf datang ke mihrab tanpa membawa sesuatu yangdapat mengambil hati Maryam. tirai itu menyelimuti seluruh ruangannya, terbesitdalam benak Yusuf bahwa Maryam telah menginjak usiaremaja. Ini bukan semata-mata tirai. Ini juga menunjukkanperjalanan rohaniah Maryam yang membedakannya denganmanusia lain untuk lebih mendekatkan diri kepada kuat penghambaan Maryam, semakin terpisah jauhdari himpitan-himpitan benda dan segala yang berbau pun mampu menyusup dan lolos darinya. Maryam adalah seorang yang berlari kepada Allah. Bagi manusia umum, tirai tampak sebagai sebuahpenghalang. Bagi Maryam, ia adalah sebuah jalan, tataranyang akan mengantarkannya kepada ketinggian kedudukanyang lebih mulia. Maryam adalah pejalan yang telah mengarungi perjalanan menuju Allah. Tirai adalah isyarat bagi manusia yang berada dibelakangnya. Ia ibarat lentera, cahaya penunjuk jalan. Tirainyaadalah isyarat bagi Maryam. Tapak kedua kakinya adalahtanda penunjuk jalan bagi setiap manusia yang akan mengikutijejak di belakangnya. Laksana sebuah mercusuar cahaya yangmemberi petunjuk arah bagi kapal yang sedang mengarungilautan kelam. Begitulah tirai Maryam. Ia akan menunjukkanjalan bagi setiap pejalan Rabbani, pemberi tanda bagi arah dantujuannya. Dan tirai adalah busana, hijab, bagi Maryam. busana yang memberi tanda seorang Maryam. Tandaakan jalan yang dilaluinya, tanda ketakwaannya. Tirai bukansebuah penghalang. Ia adalah papan petunjuk. Pedoman yangmemberikan pemahaman, saran, dan anjuran mengenai lika-liku dan kesulitan sebuah perjalanan. Demikianlah arti tirai Maryam adalah seorang pemalu. Semakin tirai di depannya tergelar, dirinya akan semakin berselimut dengan tirai baru di belakangnya. Semakin ia mendekatkan diri kepada Sang Kekasih,semakin semangat dirinya dalam khusyuk yang membuai,tersungkur dalam sujud, bersimpuh dalam penghambaan, maludalam limpahan kelembutan yang tercurah dari dalam buaian rahasia Ilahi yang diperuntukkan baginyasehingga menutupi diri seperti dekapan erat seorang ibukepada bayinya. Semakin menyelimuti diri, Maryam semakinterbuai dalam kekhusyukan penghambaan. Lewat tirai itulah Maryam menapaki tatarannya,terpelihara dan terjaga dirinya dalam kemuliaan. Inilah dasaryang akan menyangga kehidupan yang akan dipikulnya dimasa datang. Tirai Maryam bukan sebuah penghalang. Ia hadir demisemangat kekhusyukannya yang ingin mengutarakan isi seorang yang begitu memelihara dan melindungisegala yang ada pada dirinya. Sosok yang mengejawantahkandirinya di balik tirai. Seakan-akan tirai itu memelas hati dengan mengatakan Mohon lepaskanlah diriku,jangan engkau sentuh aku, janganlah halangi langkahku.’ Tirai Maryam juga sebuah ijazah, tanda kelulusan dalampendidikan kehidupannya, karena tirai itu menunjukkankesempurnaannya. Tirai yang menyelimuti Maryam ini di kemudian hari telahmenjadi risalah, wasiat berhijab bagi kaum wanita ahli para muwahhidah adalah tanda bagi hijab yangdikenakan Maryam. Hijab adalah kaum hawa, isyarat yang menjadikan merekaseperti Maryam. Dan hijab Maryam adalah kehormatan. Bahkan, Zakaria dan juga Yusuf sang tukang kayumemahami hijab itu sebagai benteng kokoh lagi perkasa saatmelihatnya. Maryam adalah bendera tauhid, yang mengibarkan panjikehormatan dengan berhijab memasuki mihrab. Maryam telah menginjak dewasa. Maryam telah memasuki alam barzakh dunia baru... Tirai tipis yang melintang membatasi masa kecil denganusia dewasanya. Hijab yang menjadi tanda kedalaman alambarzakh ini sudah bukan lagi sebatas tabir, melainkan hijabnyadan perangainya yang baru, adalah pembiasan dari kedalamanrohaninya. Tirai hijab Maryam adalah penyimpan, pembungkus,sebagaimana ia juga merupakan penguak dan pengingat akanapa yang terkandung dalam rohaninya. dan hijab Maryam ibarat cangkang bagi yang menutup diri serapat-rapatnya setelah meneguk air hujan di bulan April. Perjuangan, pengorbanan doa, dan penghambaanyang dengan tetesan air hujan yang sama akan melahirkanmutiara. Tirai dan hijab Maryam laksana sayap yang telah siapterbang, mengepak penuh dengan kencang. Tirai inilah yangmenyiapkan Maryam kepada Jibril. Jibrillah yang mengepakkan sayapnya kepada Maryam,sementara Maryam kepada lalu dia memasang tabir yang melindunginya dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang Dia Maryam berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pemurah terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”19. Dia Jibril berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu, seorang anak laki-laki yang suci.”20. Dia Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah orang laki-laki yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” Dia Jibril berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda kebesaran bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang sudah diputuskan.” Maryam [19] 17-21 Agar tidak merasa takut dan memahami apa yangdiwahyukan, malaikat diturunkan kepadanya dalam wujudmanusia. Kesamaan dimensi sebagai manusia tentu akanmempermudah Maryam sehingga mereka berbicara dalambahasa yang dimengerti. Malaikat Jibril juga guru yang sempurna sebagaimanahalnya sebagai malaikat yang menurunkan wahyu. Denganperkataan yang penuh hikmah dan tutur kata yang sopan,Jibril telah menjadi guru besar dan pendukung Maryam dalammemikul tugas yang ditumpukan kepadanya al-Baqarah[2] 87. Setelah penyampaian wahyu selesai, Maryam merasakanembusan sampai ke bulu kuduknya. Hawa dingin terasa disekujur tubuhnya. Hati Maryam dipenuhi perasaan khawatir saatmalaikat menampakkan dirinya dalam wujud pemuda yang begitu tampan. Embusan hawa ketenangan pun akhirnya merasuk kedalam jiwanya sebagai kuasa Ilahi yang telah membuatMaryam rela kepada takdirnya. -o0o- Yusuf sang tukang kayu menyapu di sekitar mihrab, iamelihat bayangan Maryam di balik tirai yang kian hari berubah-ubah. Ia pun mencoba untuk tidak memerhatikannya. Dan lagi, ketika suatu hari Yusuf hendak menyalakanlentera untuk membersihkan sekitar mihrab, bayangantampak dari balik tirai Maryam yang sedang terbaring. Saatitu, ia memerhatikan keadaan tubuh Maryam yang terlihatseperti seorang ibu yang sedang mengandung. Yusuf tergetarmenyaksikan hal itu. Lentera yang ada di tangannya punterjatuh. Suara itu membuat Maryam kaget. Namun, begitu melihatYusuf sedang bersih-bersih, Maryam pun menyapanya. Saatitu, suara Yusuf tidak seperti biasa, seolah-olah bukanlahsosok yang dikenal Maryam. Basah kuyup sekujur tubuh Yusuf oleh keringat dingin. “Pasti setan telah mengembuskan desas-desus yang aku lihat tadi tentu hanya sebuah khayalan,” demikiankata Yusuf pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin seorang Maryam dapat hamil?Bukankah mihrabnya telah dikunci berlapis tujuh? “Tidak... tidak mungkin hal itu terjadi!” kata Yusufmeyakinkan diri. Meski demikian, penglihatannya seperti tidak mau percayapada kata hatinya. “Tidakkah matamu benar-benar melihat bahwa diahamil?” “Tidak... tidak mungkin!” kata hatinya, kembali meyakinkandiri. “Maryam adalah seorang suci. Dia hamba yang secarakhusus telah dipilih oleh Allah.” Yusuf pun menunduk sekali lagi untuk mengambil lenterayang terjatuh. benar!” kata Yusuf di dalam hati. Ternyata benar, pandangan matanya tidak menipu. Iamelihat tubuh Maryam seperti seorang hamil yang sedangmemegang tasbihnya dan berzikir. “Tapi.... Bukankah dirinya selalu melewatkan siang danmalam hanya untuk beribadah kepada Allah? Tidak! Tidak!Tidak” Yusuf pun kaget dan bingung. Bagaimana mungkin semua ini terjadi? Ia pun tidak kuasa menahan diri untuk tidak bertanyakepada Maryam. “Wahai Maryam. Aku ingin bertanya kepadamu tentangsuatu hal apakah kamu sedang luang?” “Tentu saja. Semoga saja aku bisa menjawab apa yang akankamu tanyakan.” Tetap terjaga. Keduanya bersimpuh mengindahkan tata krama dalamruangan yang berbeda, di antara tirai tipis namun begitukokoh membatasi. Luaplah keduanya dalam linangan air mata saat yang satubertanya dan yang satu menjawabnya. “Wahai Maryam! Mohon katakan kepadaku, mungkinkahpohon dapat tumbuh tanpa benihnya?” Maryam memahami apa yang dimaksud oleh pertanyaanitu. “Mungkin...,” jawab Maryam dalam tangis. Kali ini, Yusuf pun ikut luap dalam tangis seraya bertanyakembali, “Bagaimana mungkin?” “Tidak diragukan lagi bahwa Allah telah menciptakanmakhluk yang pertama tanpa benih. Persemaiannya tanpabenih dan begitu pula benihnya tanpa persemaian. Tidakkahengkau juga mengetahui hal ini? Namun, jika engkau masih dalam pertanyaan, jika saja benih tidak dijadikan oleh-Nya, Ia pun tidak mensyaratkan persemaian.” “Sungguh, diriku berlindung kepada Allah dari berkatayang demikian. Namun mohon katakan, mungkinkah pohondapat tumbuh tanpa siraman air, tanpa curahan hujan?” Kembali Maryam tertegun menelan ludah.... “Ah, Yusuf.... Benih diturunkan dari tumbuhan yangdiciptakan pertama kali oleh-Nya tanpa benih. Lebih dari itu,biar menjadi ingatanmu bahwa Allah pertama kali menciptatumbuhan tanpa curahan hujan. Kemudian, setelah terjadipenciptaan seperti ini, Allah pun menjadikan hujan sebagaisyarat tumbuh pepohonan. Dalam keadaan seperti ini,akankah engkau menyatakan, jika saja tiada hujan, kuasakahAllah menciptakan pepohonan?” Maryam menuturkan semua ini dalam kata-kata dari dalamjiwanya yang penuh dengan kepedihan. Apa yang telah terjadikepadanya adalah suatu kejadian yang tidak pernah diujikankepada seorang wanita mana pun di dunia. Ia mengandungseorang bayi tak berayah. “Hasya...,” kata Yusuf. Setelah beberapa saat, Yusuf pun mencobamenyembunyikan tangisnya. “Diriku berlindung kepada Allah dari berkata yangdemikian. Dan sungguh, diriku sangat takut melukaiperasaanmu. Namun, seperti inilah keadaanku yang tetap jugatidak paham. Memang, apa yang terlihat oleh mata tidak bisadicerna oleh hati ini. Mohon berkenan menjelaskan kembalikepadaku mungkinkah seorang bayi ada tanpa ayah?” Inilah pertanyaan yang dinantikan. Maryam menepukkantangannya ke ulu hatinya dalam-dalam dengan penuhkepedihan. Akhirnya, pertanyaan pahit yang dinanti-nantikanpun datang. kepedihan itu Maryam menata diri untuk tetapteguh dan tegar. “Bukankah engkau tahu bagaimana Allah telah menciptaNabi Adam, wahai Yusuf? Lalu, bagaimana dengan IbundaHawa? Allah yang Mahakuasa untuk menciptakan merekatanpa seorang ayah dan tanpa seorang ibu. Sungguh Dia kuasamenciptakan segala sesuatu hanya dengan memerintahkanjadi’ maka jadilah. Ataukah engkau tidak meyakini hal yangseperti ini?” Kembali Yusuf berkata, “Hasya....” “Mungkinkah diriku tidak beriman dengan hal ini?Namun, mohon Anda bercerita tentang keadaan diri Anda,wahai Maryam!” pinta Yusuf dengan begitu pedih menahanguncangan dahsyat dalam perasaan khawatir seraya bersimpuherat-erat dalam tata krama seolah-olah dirinya tertindih besiberat di atas punggung dan pangkuannya.. Dan Maryam pun berkata, “Allah telah memberi kabargembira kepadaku seorang Kalamullah yang menyandangsanjungan al-Masih, bernama Isa, sebagai putra Maryam. Diadalah seorang hamba yang senantiasa dimuliakan di duniadan juga di akhirat. Yang dimuliakan dengan ketaatan kepada-Nya. Demikianlah, wahai Yusuf. Segala apa yang telah terjadikepadaku adalah atas perintah Allah sebagai rangkaian takdir-Nya. Sekarang terserah, engkau boleh mengadili keadaandiriku dan bayi yang telah berada dalam kandunganku.” “Mengadili diri Anda? Tidakkah Anda juga tahu bahwadiriku telah mengabdikan hidup ini untuk selalu membantuAnda? Anda akan selalu mendapati diriku sebagai seorang yangsenantiasa mengorbankan diri untuk melindungi dan menjagakeamanan Anda. Bukankah Anda pula yang mendapati diri iniselalu menjadi pendukung dan juga pengabdi dalam perjalanan Sungguh, pada hari-hari penuh dengan ujian berat ini,diriku juga akan senantiasa mengabdi dan menyimpan rahasiaAnda.” Malam itu, Yusuf sang tukang kayu sama sekali tidakmembuka mulut kepada siapa pun. Namun, Nabi Zakariayang senantiasa mengasihi Yusuf seperti putra kandungnyasendiri mendapatinya tidak bicara dan paham bahwa telahterjadi sesuatu. Untuk itu, setelah makan, Nabi Zakariamemanggilnya untuk suatu urusan penulisan kitab. Saatitu, Yusuf sama sekali tertunduk, tidak pernah mengangkatpandangannya. Ia tidak bisa fokus pada tugas yang sedangdiberikan kepadanya. Sampai-sampai, Yusuf menumpahkantinta karena pena yang ia pegang tidak tercelupkan tepat padabotol tintanya. Nabi Zakaria pun angkat bicara. “Wahai anakku, apa yang sebenarnya telah terjadi?Permasalahan apakah yang telah sedemikian membuatmuterbebani seperti ini?” “Tidak ada apa-apa, wahai Paman. Saya hanya terlalulelah.” “Namun, hal ini masih juga selalu seperti ini sejak engkaukeluar dari mihrab. Apa yang sebenarnya telah terjadi?” Mendapati pertanyaan seperti itu, Yusuf tidak kuasamenahan tangis seraya menceritakan satu per satu apa yangtelah dapati di dalam mihrab kepada nabi yang juga pamannyaitu. Sejak saat itu, ia menuturkan keinginannya tidak lagimengabdi di dalam mihrab. Ia takut masyarakat akanmemitnahnya. Yusuf pun memohon izin kepada pamannyauntuk menjauh ke suatu tempat. Nabi Zakaria sangat tahu pengabdian tulus Yusuf kepadaMaryam. Bahkan, sebagian masyarakat juga ada yangberpendapat mengenai kecocokan Yusuf dengan Maryam. pemuda ini sudah bertunangan,” demikian katamasyarakat. “Ah... masa muda,” kata Nabi Zakaria. “Coba dengarkan apa yang telah disampaikan Yusuf,”kata Nabi Zakaria memanggil istrinya untuk datang keruangannya. Al-Isya yang sedang dalam kandungan tua dan telahmenunggu hari-hari kelahiran putranya dengan perlahanmendekat ke ruangan kemudian duduk bersandar padadinding pintu. “Puji dan salam kepada Zat yang telah melimpahkananugerah ke dalam kandungan ini. Sungguh, Maryam adalahseorang yang suci dan ahli zuhud. Bayi yang telah dititahkanAllah dengan nama Yahya dalam kandungan ini selama tigabulan berucap salam kepada bayi yang saat ini berada dalamkandungan Maryam. Inilah yang diriku rasakan. Sungguh,hal ini telah membenarkan berita yang engkau ceritakanwahai Yusuf. Semua ini semata-mata atas kehendak Mahakuasa untuk menciptakan seorang manusiatanpa ayah dan ibu. Zat yang telah menciptakan Nabi Adampasti memiliki kuasa menciptakan bayi yang akan lahir darikandungan Maryam.” “Demikianlah seorang wanita saudara Harun . Sungguh,betapa dia selalu bertutur kata mulia lagi pintar dalam kata-katanya,” kata Nabi Zakaria. “Untuk sementara, biarlah berita ini terjaga kerahasiaannyadi dalam rumah ini dan jangan sampai ke luar dari rumah Allah senantiasa menjadi wakil dan penolong kitasemua,” tambah Nabi Zakaria. -o0o- Nabiyulah Yahya Lair Begitu al-Isya merasakan sakit, Merzangus langsung berlarimemanggil Tujuh Dukun Bayi terdekat di kota al-Quds. Orang pun beramai-ramai memadati halaman depanrumah, taman, dan kebun zaitun. Mereka hendak menjadisaksi akan mukjizat berita gembira yang telah disampaikankepada seorang nabi di akhir usianya. Saat itu, Ham, Sam, dan Yafes juga ikut menjadi saksidengan membawa daun siklamen dari Kampung Rempah-Rempah yang dipercaya dapat membantu proses kelahirandengan cara direbus dan diminum airnya. Doa-doa dan puji-pujian yang dipanjatkan para tamu ikutmenciptakan suasana tegang saat-saat menunggu kelahiransang bayi. Nabi Zakaria memang terkenal dengan ketekunandalam berzikir. Hatinya begitu bersih dengan selalu berizikirkepada Allah. Ia yakin bahwa hanya dengan berzikir hatimenjadi tenang. Dalam suasana yang cukup menegangkanini, ia masih juga berseru kepada kaumnya, “Perbanyaklahberzikir kepada Allah, perbanyaklah zikir. Ingatkanlah hatikalian.” Lalu, datanglah saat-saat yang dinanti. Benih Nabi Yahyayang ditanam ke dalam rahim ibundanya kini telah lahir kedunia. seorang nabi dan putra nabi yang disanjung dengankebaikan. Demikianlah seorang bayi yang baru saja dilahirkan.“Ya Yahya, bersikap baiklah kepada ayah dan ibumu. Diabukanlah seorang yang membangkang. Semenjak dilahirkan,saat kematian, dan saat kebangkitan dari alam kubur, salamterucap untuknya.” Banyak sekali kisah yang menuturkan Nabi Yahya sebagaiseorang yang memiliki keutamaan dengan telah dikabarkandalam berita gembira seperti berikut.“Setiap anak Adam akan kembali kepada Allah dengandosa yang telah diperbuatnya. Dalam keadaan seperti ini, jika Allah menginginkan, Ia akan mengazab atau memberi rahmat kepada hamba tersebut, kecuali Nabi Yahya, putra Nabi Zakaria.” Demikianlah kemuliaan Nabi Yahya. Dia adalah nabiterpilih yang sejak kecil memiliki akhlak mulia dan sikapdewasa. Ketika anak-anak sebayanya sibuk bermain, Yahyakecil selalu menyampaikan kepada mereka kalau duniabukan tempat untuk bermain, seraya mengajak teman-temansebayanya untuk berdoa dan berzikir. Atas perilakunyayang seperti itu, Alquran pun menerangkan “Wahai Yahya!Berpegang teguhlah kepada kitab Allah dengan sekuat dia masih kecil pun Kami telah memberikan ilmu danhikmah kepadanya.” -o0o- Sift-Sift Yahya Yahya adalah saudara sepupu Maryam. Putra dari itu, Isa adalah cucu dari kakak ibundanya. Yahyaadalah salah satu dari tiga orang yang diberitakan sebagaiberita gembira. Yang pertama adalah Ishak, putra Ibrahim ,yang kedua adalah Maryam, dan yang ketiga adalah Yahya,putra Zakaria . Mereka lahir di saat sang bunda telahberusia lanjut sebagai berita gembira yang dikabarkan olehAllah. Semoga salam dan kesejahteraan dari Allah senantiasaterlimpah atas mereka. Mengenai Nabi Yahya.... Dia adalah seorang sayyid... Seorang yang tidak pernah marah, tidak pula suka tergesa-gesa Qatadah Berakhlak mulia Dahhak Hamba yang bertakwa Salim Seorang yang mulia Ibn Zaid Seorang alim, fakih Ibn Musayyab Seorang yang tidak memiliki sifat hasud Sawri Hamba yang selalu rela dengan ketetapan Allah Ahmadbin Asim Seorang yang taat, mulia dari teman-teman sebayanyaHalil tawakal Abu Bakrinil Warrak Yang memiliki cita-cita mulia Tirmizi Dermawan, selalu lebih dalam kebaikan Abu Ishak Yang menyerahkan dua dunianya kepada Tuhan JunaidBagdadi Seorang hasur... Yang tidak menikah meskipun mampu... yangmenghindarkan diri dari segala keinginan dan lintasan untukberhubungan badan. Yang sejak kecil telah bersikap teguhbahwa Diriku bukan diciptakan untuk bermain’. Dialahseorang Hasur, yang terjaga, yang terlindungi dengan perisaibaja sifat haya. Dialah seorang nabi.... Seorang yang menjadi utusan dan juru bicara nabi yang menyeru kepada hidayah, menjadipenuntun bagi kehidupan ummat manusia. Seorang yang saleh. Nama yang mencakup semua kebaikan, Saleh. Martabatmanusia yang paling tinggi; kedudukan yang paling mulia,dengan kehidupan luar dan dalam yang selalu sesuaidengan syariat, bersih-suci. Seorang yang murni, terang-benderang.... Seorang yang sering menangis. Sejak kecil selalu menyendiri di lereng gunung, duduk di samping sumur, sendiri menangis pilu.... -o0o- Btng Bereor di Btleem Malam itu... Sebuah bintang berekor bersinar terang di atas kota al-Quds. Ia memancarkan cahaya sangat terang cukup lamasampai kemudian bergerak menuju selatan dan orang pemuda ahli astronomi segera bangkit daritenda yang didirikana di lereng Bukit Zaitun. Mereka memacukuda seraya mengejarnya. Mereka mengejar dan terusmengejar ke arah yang sama sekali belum pernah diketahui. Pada waktu yang bersamaan... Maryam yang dijatuhi keputusan hukuman matikarena mendirikan salat secara berjamaah di padang pasir suci telah hampir genap sembilan bulan menyendiri di balik tirai penutup jendela mihrab. Kandungan Maryam yang beberapa lama ini tenangtiba-tiba mulai bergerak-gerak dengan kencang. Saat itulah,sebagaimana yang telah disepakati bersama dengan NabiZakaria, Maryam menyalakan lentera di dalam mihrabnya. lentera menyala, mulailah Nabi Zakaria, Yusuf,dan Merzangus berangkat menuju masjid dengan sembunyi-sembunyi. Sesampai di mihrab, setelah pintu terbuka, Zakariadan Yusuf berucap salam kepada Maryam sambil keluar dengansembunyi-sembunyi. Perlahan mereka menuruni tangga sampaiakhirnya bertemu dengan Merzangus yang telah menunggu disamping tangga dengan sebilah pedang terhunus di tangan. Merzangus langsung mendekap Maryam yang begitulemas dan gemetar. Pertama-tama, mereka memutuskansegera pergi menemui al-Isya. Namun di tengah-tengahperjalanan menuju rumah sang bibi, mereka dikagetkankedatangan beberapa orang pemuda ahli astronomi. Kuda-kuda tunggangan mereka tampak bertiga “Sang raja sudah lahirkah!?” tanya mereka berulang-ulangdengan tergesa. Bintang berekor telah melaju kencang daritangga Masjid Aqsa menuju tempat ini sampai kemudianmenghilang. Merzangus yang juga kaget dengan kedatangan merekamelirik ke arah Nabi Zakaria dan Yusuf dengan pandanganbertanya, sambil menghunus pedang dan mengacungkannyake arah tiga pemuda tersebut... Ia angkat cadar wajahnya sampai menutupi bagian hidungseraya berteriak, “Jangan mendekat!” Para pemuda ahli astronomi ini pun kaget dengantindakan Merzangus. Mereka bahkan sampai kewalahanmenghentikan kudanya dan lekas turun untuk bersimpuh danberucap salam. Dengan singkat dan cepat mereka menuturkanmaksud kedatangannya dan langsung bertanya, “Apakah sangraja sudah lahir?” keadaan seperti ini, Merzangus punmemasukkan kembali pedang ke dalam ia sendiri juga tidak tahu apa yang harusdilakukan dalam keadaan seperti itu. Satu-satunya hal yangada dalam pikirannya adalah secepat mungkin meminta ketigaorang asing tersebut segera meninggalkan tempat itu karenaMaryam telah sedemikian pedih merasakan sakit. “Aku dapat menunjukkan kepada kalian tempat sang rajayang kelahirannya Anda sekalian nantikan. Ikutilah diriku,”ujar Merzangus. Merzangus segera loncat ke atas punggung kudanya yangbernama Suwat sambil memberi isyarat dengan pedangnyaagar ketiga orang asing tersebut mengikutinya. Saat itulah Yusuf baru menyadari mengapa Merzangusmelakukan hal tersebut. Kemudian, mereka pun segeramelanjutkan perjalanan membawa Maryam yang gemetarkedinginan ke suatu tempat yang lebih terang dan saja, Maryam sudah tidak lagi mampu berjalan. Fasepembukaan telah dimulai. Darah pun terlihat. Pedih beribupedih ia rasakan. Pada saat itulah lagi-lagi datang seorang penjaga bersamadua temannya karena mendengar suara kuda yang dipacu. Saatmendapati mereka berjalan mendekat ke arah Nabi Zakariadengan membawa kayu pemukul berujung besi, sang Nabi itupun berkata kepada rombongannya, “Kalian pergilah. Biar akuyang meyakinkan mereka agar mau kembali.” Yusuf pun segera menuntun Maryam yang terlihat begituletih dan lemas. Badannya berselimutkan pasmina. Maryampun berjalan pelan menuju rumah al-Isya. Namun, belumbeberapa lama, Maryam menyampaikan kepada Yusuf tentangilham yang didapatkannya dari Allah. katanya... “untuk saat ini cukup sampai di siniengkau menemaniku. Dalam hatiku terdetak perasaan yangbegitu kuat kalau aku harus sendirian menempuh perjalananini untuk pergi ke tempat yang jauh. Malam hari ini, ke manasaja Allah menghendaki diriku pergi, ke tempat itulah akuakan pergi menjauh dari keramaian. Berdoalah untukku danuntuk bayiku yang akan lahir. Aku tidak bisa membayar hak-hakmu atas diriku, mohon dimaafkan.” Meski Yusuf telah berusaha meyakinkan Maryam, tetapsaja ia tidak mampu. Bahkan, Maryam telah beranjak untukmemikul, menunaikan perintah, dan mengikuti ilham yangtelah diberikan oleh Allah. Demikianlah, salah satu nama lain dari Maryam adalah“Asra”, yang berarti seorang yang berjalan pada waktumalam. Bersama dengan sang bayi yang berada di dalamkandungannya, ia menyendiri ke tempat yang jauh. Ilhamlah yang telah Maryam dapatkan dan memandunyauntuk terus berjalan dan berjalan dalam penuh kepedihanmenuju Betlehem yang terletak di sebelah selatan menyendiri ke suatu tempat yang teramat jauh.“Tempat yang jauh” itu telah menjadi takdir bagi sebatang tunas yang dirawat langsung oleh Zat YangMaha Mencipta, Maryam telah disimpulkan dengan kata“jauh” dalam kehidupannya. Jauh.... Demikianlah Maryam hidup dalam perintah “uknut!” disepanjang kehidupannya. “Taatlah...!” Saat ia berlama-lama berdiri tegak berdoadalam salat, di saat ia berteguh dalam ketaatan, bahkansaat merebahkan diri dalam istirahat, kehidupannya selalu dalam ikatan perintah uknut. Begitulah guratantakdir yang telah ditentukan baginya. Kini, perintah taat telah membuatnya berjalan ke tempatyang jauh. “Diri sendiri” adalah ringkasan singkat hidupnya. Takdir yang akan ditempuhnya merupakan contoh bagi setiap kaum hawa di masa setelahnya. Tidak pernah ia merasa gentar dengan kesendiriannya. Dengan ketegaran dan keteguhannya inilah ia akanberbisik bahwa bersama dengan Allah merupakan kekuatanyang tidak mungkin ada yang menandingi. Dalam ujian yangteramat sangat berat inilah Maryam akan bercerita apa sajayang mampu dipikul oleh seorang wanita yatim. “Jiwa kesatria adalah sebuah sifat. Dengan jiwa itu ada beberapa kaum wanita telah menunjukkan diri sebagai seorang kesatria.” Demikianlah yang terpekik dalam ujian hidup yangdialami Maryam, yang api ujian itu masih terus membara,terus membakar jiwa sebagian kaum wanita. -o0o- Marym di Btleem Setelah berpisah dengan Merzangus, kemudian Zakaria dan Yusuf, Maryam melangkahkan kakinya berjalan kearah barat daya al-Quds. Ia terus melangkahkan kakinyamenembus rimbun perkebunan zaitun. Maryam denganteguh melangkah seolah-olah di depannya terdapat anak-anakkecil memanggil-manggilnya dengan riang sambil melambai-lambaikan tangan. Saat Maryam mencapai ujung kebun zaitun, tiba-tibajalan telah menanjak menuju atas bukit. Napas Maryam puntersengal. Ia bersandar pada pematang kebun untuk beristirahatsejenak sembari memandang ke arah Danau Luth. Embusan angin malam menyapu wajah Maryam bersamaaroma kepekatan garam. Saat itulah jerit pedih dan tangisankaum Luth yang ingkar bersama dengan istrinya yangtenggelam di dasar danau seolah-olah terdengar. Merekaadalah kaum Luth yang tidak mengindahkan seruan pun mengutus dua malaikat untuk menyelamatkanNabi Luth bersama dengan anak-anaknya dari kaumnya yangzalim. keheningan malam, kota kaum Nabi Luthdiluluhlantakkan amblas ke dalam tanah. Hantaman air deraslalu memusnahkan tempat itu hingga tenggelam. Gambaranseperti itulah yang sedang terbayang nyata dalam pandanganMaryam saat melihat ke arah hamparan air Danau Luth padamalam itu. Maryam tiba-tiba terperanjat akibat suara gemeretakdedaunan dari ketinggian bukit. Saat mengarahkan pandanganke arah suara itu, ia makin kaget karena ada penampakan duaorang berpakaian putih menyala menuruni lereng-lerengbukit. “Mungkinkah ini hanya ilusi dari kelelahan yang akurasakan?” Perasaan Maryam masih belum tenang. Selama ini, kehidupannya selalu berlangsung di dalammihrab dan diawasi Nabi Zakaria. Maryam tidak pernah beradadi jalanan, apalagi di dalam keheningan malam, seorang pernah beberapa kali Maryam mengunjungi rumahpara fakir miskin dan anak-anak yatim di keheningan malam,saat itu dirinya dipandu Yusuf sehingga ia tidak terlalu risau. Apalagi, saat ini kedua telapak kakinya memar dan penuhluka. Ia sama sekali tidak memiliki alas kaki. Berjalan Maryam tanpa alas kaki. Berjalan seorang diri dalam keheningan malam. Berjalan tanpa mengenali arah dan jalur perjalanan. Dalam rasa sakit yang memilukan. Maryam berlumuran darah. Runcing bebatuan dan tajam duri-duri jalanan tidak hanyamelukai kedua kakinya tapi juga menusuk pedih jiwanya. Terus berjalan dalam keheningan malam... mengikuti lambaian tangan anak-anak yangmemanggilnya dengan penuh keriangan, menyusuri jejakdua orang berpakaian putih yang menyusup dari ketinggianpuncak bukit. Pada saat itulah terdengar seruan di dalamtelinganya, “Jangan pernah berhenti untuk berzikir kepadaTuhanmu.” Maryam menahan rasa sakit yang dideritanya untuk tetapberjalan dan berjalan. Sejak kecil Maryam menjadikan lafaz-lafaz zikir sebagai napasnya. Seperti menimba air dari dalam sumur, Maryam pun menarik napas zikir dari dasar kedalaman hatinya. Namun, pada malam ini isi sumur hati Maryam seakan-akan membeludak. Terlebih dengan sakit yang dideritanya,yang telah membuat hati, lidah, dan segenap jiwanya dipenuhisemangat untuk khusyuk dalam untaian zikir. Seolah-olahkehidupan di dalam mihrab yang penuh kekhusyukanberdoa dan berzikir telah membimbingnya untuk semakinbersemangat mengungkapkan isi hatinya. “Ya Rabb Ya Allah, Ya Fattah Ya Allah, Ya Shamad YaAllah, Ya Wahhab Ya Allah, Ya Shabur Ya Allah... Engkaulah al-Fattah. Hanya kepada-Mu diri inimengadukan keadaanku. Sungguh, Engkaulah Zat YangMaha Menggenggam kunci keluar dalam setiap derita dankesusahanku.” tidakpernahbutuhkepadasiapa pun. Engkau tidak berputra, tidak pula itu, diri ini adalah hamba yang senantiasa butuhkepada-Mu. Sungguh, rasa sakit ini semakin menjadi dankeheningan malam membuat diri ini merasa sendiri sehinggahanya kepada-Mu diri ini memohon dihindarkan darikepedihan hati dan dan badan. Engkaulah al-Wahhab. Zat yang Maha telah melimpahkan nikmat-Mu kepadaku sebagaiseorang yang yatim. Engkau tumbuh kembangkan dirikuhingga dewasa dalam limpahan nikmat yang tiada ini, aku memohon Engkau berkenan menyingkapkeadaanku yang penuh dengan kesusahan dan kepedihanini untuk dipertemukan dengan kelapangan dan Engkau adalah Mahakuasa atas segala sesuatu. Olehkarena itu, hamba memohon dengan sangat, keluarkanlahdiriku dari kegelapan sebagai limpahan dari nikmat-Mu. Ya Shabur, Ya Allah! Limpahkanlah diri ini kekuatandari-Mu. Jadikanlah diri ini menjadi hamba yang senantiasamampu bersabar menghadapi musibah dan kesusahandengan kekuatan iman kepada-Mu. Ya Tuhan! Limpahkanlahkepadaku kekuatan untuk dapat tetap bertahan!” Setelah sampai ke puncak bukit, Maryam pun melihat kesekelilingnya. Dari kejauhan, sorot remang lampu perkampunganBetlehem terlihat. Redup sorot cahaya lentera itu seakan-akan sedikit meredakan sakit yang Maryam rasakan. Ia punmenenangkan diri dan mengarahkan wajahnya ke arah embusanangin yang bertiup semilir. Hati Maryam seolah-olah merintihmemandangi redup cahaya lentera dari rumah-rumah itu. keheningan malam, semua orang tentu sedangdalam keadaan yang begitu nyaman, sementara dirinyamenyusuri rimba jalanan yang dia sendiri tidak tahu hati Maryam dalam pandangan sorot cahaya lenteraitu sehingga wajah ibundanya hadir dalam bayangan. Wajahitu seolah-olah nyata seperti yang ia jumpai di dalam mimpi. “Oh ibu!” katanya. Ibu... Betapa indah kata itu. Kata yang penuh dengan muatandoa. Seolah-olah lafaz zikir. Mengucapkannya, hati manusiamenjadi tenang. Seakan-akan seseorang telah datangmengulurkan tangannya dan hamparan langit menjadicerah dibuatnya. Dada manusia pun menjadi lapang dalamkeberadaannya. “Duhai ibu!” kata Maryam, “Sungguh, jika saat ini masihada, engkau tidak akan mungkin membiarkanku sedirian disini.” Maryam merasa heran dengan dirinya saat mengucapkankalimat itu. Dirinya sejak kecil telah ditempa dengankehidupan yang penuh dengan kesabaran. Tidak pernah iamengungkapkan keyatimannya. Namun, entah apa yang telahterjadi dalam kesendiriannya di keheningan malam itu? Maryam merasa bahwa sakit dan kepedihan yang dirasakandalam kesendirian dan keheningan akan menghimpit manusiake dalam kerapuhan serta menggerogoti kesabarannyaseperti bubuk kayu. Demikianlah yang terlintas dalampikiran Maryam. Namun, sudah tidak tersisa tenaga untukmerenunginya saat kepedihan baru menusuk jiwa Maryamsehingga ia pun lebur sehalus debu. 241
Maryam juga seorang guru sebagaimana Fatimah. Para wanita dari al-Quds setiap hari mendatangi rumah Maryam pada waktu tertentu untuk mendapati nasihat dan pelajaran darinya. Maryam menjelaskan kepada mereka tentang isi Taurat, kisah hikmah para nabi, dan menyampaikan ceramah tentang ahlak yang mulia. Ketika sang putra mendapatkan wahyu berupa Injil, Maryam pun melanjutkan pengajarannya dengan bersandar pada kitab yang diturunkan kepada putranya. Begitu pula dengan Fatimah. Ia adalah santri dan pemberi nasihat Alquran yang sejati. Buku catatan yang Fatimah gunakan saat memberi pelajaran disebut dengan “Mushaf Fatimah”. Di luar perkataan yang baik seperti ini, Maryam maupun Fatimah bukan orang yang banyak bicara. Keduanya senantiasa lebih memilih berdiam diri dalam keadaan tafakur daripada ikut dalam keramaian. Apalagi, keramaian yang sarat dengan ghibah dan perkataan yang tidak berguna. Semoga Allah rida terhadap kedua ibunda ini dan para ibunda kita yang lainnya.... -o0o- 44252. Para Hawari dn Jmun al-Maidah Begitu cepat waktu berlalu. Masa tiga puluh tahun serasa tiga puluh bulan. Demikianlah waktu yang dialami sepanjang kehidupan Nabi Isa. Takdir telah membawanya terus berlari dan berlari cepat dalam masa yang singkat. Setiap hari, setiap waktu, dan setiap saat Isa berlari dari ujung ke ujung kota al- Quds demi berdakwah. Dalam perjalanan dakwah ini, para hawari ikut menyertai. Mereka, para pemuda yang di kemudian hari menyebut Rasul dengan sebutan “Mualim”, suatu hari telah berkata demikian, “Seandainya Tuhanmu menurunkan makanan bagi kami dari langit sehingga hati kami pun menjadi tenang...!” Nabi Isa tersentak kaget dengan permintaan seperti itu. Apalagi, para hawari ini telah menyaksikan begitu banyak mukjizat yang jauh lebih besar daripada makanan dari langit. Lebih dari itu, mereka adalah para santri yang telah mendengarkan langsung dari utusan Allah. Bukankah seharusnya hati mereka jauh lebih tenang? Karena hal inilah Isa sedikit gemetar saat memandangi mereka. 443“Jika ada sedikit iman pada diri kalian, takutlah kepada Allah.” -o0o- “Hati seorang ibu tidak pernah tertidur,” demikian dikatakan sebagian orang. Semakin banyak mukjizat besar dan semakin tegas ajaran nabawi, Maryam kian mengkhawatirkan putranya. Meski Maryam yakin bahwa tugas kenabian yang telah dititahkan kepada putranya datang dari Allah, kini semua pandangan telah tertuju kepada Isa . Isa juga menyadari keadaan ini. Bahkan, ia meminta para hawari saling berikrar mendukungnya. Mereka pun selalu menyatakan dukungannya demi rida Allah. Mereka telah saling mengikat janji. Dalam keadaan seperti inilah keinginan mereka untuk meminta makanan dari langit terasa sangat berat bagi Isa . Namun, titah takdir telah memiliki banyak arti dan fungsi. Jamuan makanan yang akan diturunkan dari langit memang akan menambah keimanan orang-orang Mukmin. Namun, di sisi lain, hal itu juga akan membuat kekufuran orang-orang kair semakin menjadi-jadi. Dan memang, bersamaan dengan kedatangan mukjizat, diturunkan pula ujian yang sangat besar kepada kaumnya. “Al-Maidah” bisa berarti hidangan makanan, bisa pula berarti “ilmu” sebagai hidangan bagi ruh. Sebenarnya, permintaan para hawari agar hati mereka dapat menjadi tenang sangat memungkinkan jika ilmu yang diinginkan. 444Nabi Isa pun segera mengambil wudu, mendirikan salat, dan mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Allah pun mengabulkan doanya dan menyampaikan peringatan mengenai ujian yang mengikutinya. Setelah Nabi Isa berdoa, turunlah dua makanan dalam warna semerah api di antara dua awan di langit. Makanan berupa ikan tanpa sisik dan duri yang masih hangat terhidang. Di dekat kepala ikan terdapat garam, di sebelah ekornya tampak air lemon, dan di sekelilingnya ada sayuran segar serta lima macam roti. Semua roti itu juga dilengkapi bumbu zaitun, madu, mentega, keju, dan daging. Petrus segera bertanya, “Wahai al-Masih! Apakah ini hidangan surga atau dunia?” “Bukan keduanya. Ini adalah makanan yang telah diciptakan dengan kebesaran Allah dan tidak ada yang menyamainya. Sekarang, silakan makan dan bersyukurlah kepada Allah.” Hari makanan turun dari langit ditetapkan sebagai hari raya bagi umat Nasrani. Limpahan nikmat ini genap empat puluh hari. Setelah hari keempat puluh, meski telah diperingatkan agar orang-orang kaya dan yang tidak sakit dilarang mengambil darinya, mereka tetap melanggarnya. Allah pun mengangkat nikmat itu dan menghukum mereka. Mukjizat yang semakin banyak itu justru diingkari, meskipun pada awalnya percaya. Seolah-olah masyarakat al- Quds telah diuji dengan telah meminta mukjizat. Atas permintaan Maryam mengenai upaya pengamanan putranya, berkumpullah para sahabat terdahulu. Mereka adalah Ham, Sam, Yaves, Yusuf tukang kayu, Merzangus, dan Ibni Siraj yang baru saja kembali dari Gazza. Meski demikian, Nabi Isa tetap tidak menginginkan tugas dakwahnya menjadi 445terhalang. Ketika mereka memikirkan kemungkinan untuk berhijrah kembali ke Mesir dan atau tempat lain, Maryam yang telah mengundang mereka untuk berkumpul pun berkata, “Wahai para sahabat Allah! Kini, Isa adalah seorang rasul yang mengemban risalah-Nya. Tidak mungkin dirinya mengikuti apa yang telah kita pikirkan. Ia hanya akan mengikuti perintah Allah. Dan sebagaimana semua orang, ia juga akan mengikuti kehendak takdir yang telah ditetapkan untuknya. Untuk sekarang ini, apa yang bisa kita lakukan hanya sebatas berdoa.“ Mendengar ucapan ini, luluh sudah hati setiap orang. Mereka terhening dalam kepedihan atas ketidakberdayaan. Mereka semua kini telah menginjak usia lanjut. Ham, Sam, dan Yaves telah hampir berusia delapan puluh. Rambut mereka telah memutih dan hanya dapat berjalan dengan bersandar tongkat. Meski Ibni Siraj telah memasuki usia enam puluh lima, kesehariannya yang gesit telah membuatnya menjadi yang paling muda di antara para sahabatnya. Yusuf tukang kayu dan Merzangus sudah berusia enam puluhan. Bahkan, pedang Ridwan yang selalu Merzangus sandang kini sesekali menggores tanah. Merzangus sendiri kerap mengira ada orang yang datang dari belakang saat suara goresan ujung pedang dengan bebatuan di jalan terdengar. Yusuf sendiri selalu seperti sediakala, tetap setia dan penuh penderitaan hidupnya. Ia menempatkan diri laksana seorang ayah yang 446selalu menanggung kepedihan namun setia. Ia akan selalu mengulurkan tangannya. Namun, ia pun kini telah lelah karena faktor usia. Dan Maryam adalah ibu dari semua umat yang telah mulai memanggilnya, bahkan sejak ia berusia belasan tahun. Ibu yang senantiasa menjaga kehormatan dan keteguhan, sama seperti saat masih kecil dan muda dulu. Malam hari itu semua terlihat menatap dengan pandangan aneh. Tiba sudah waktu bagi para sahabat yang saling mencintai satu sama lain demi Allah itu saling berpisah... Bangkitlah mereka. Berucap doa.... Para sahabat laki-laki berpisah pergi ke gunung tempat untuk mendengarkan pengajian dari Isa al-Masih. Sementara itu, Merzangus bersiap-siap untuk bertakziah ke Wali Pontius Pilatus atas kematian putrinya yang jatuh dari kuda beberapa hari lalu. Saat mengenakan jubah hangat, ia bertanya kepada Maryam, “Apakah Anda tidak ikut bertakziah, Tuan?” Maryam tampak sangat pucat dan sedang berpikir keras. Ia menyampaikan bahwa dirinya tidak lagi kuat untuk mengadakan perjalanan ke istana. Ia hanya menyampaikan salam untuk Prokula, istri sang wali yang secara diam-diam telah beriman kepada Isa. “Sungguh, hatinya sedang begitu bersedih. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya. Semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan suaminya yang telah menyelimuti seluruh al-Quds.” Sebenarnya, tidak mungkin Pilatus mengizinkan Merzangus memasuki istana. Namun, karena takut kehilangan istrinya yang sangat berduka setelah kematian putrinya, ia 447pun memutuskan memanggil Merzangus ke istana. Hanya dengan kedatangannyalah Prokula dapat kembali merasa lebih nyaman. “Tidak tega saya meninggalkan Anda malam ini. Namun, Prokula telah begitu lemah sehingga ia hanya menerima diriku ke dalam ruangannya. Berkali-kali dirinya jatuh pingsan karena menahan kepedihan. Mohon izinkan saya menemaninya untuk beberapa saat,” kata Merzangus sambil memandangi wajah Maryam. “Dengan senang hati, pergi dan sampaikan salamku kepada Prokula. Dia saudara seagama dengan kita. Jangan kita meninggalkan dirinya dalam hari yang pedih ini. Kebetulan, malam ini Miryam dari Mecdiye juga akan bertamu. Dia bisa membantuku. Engkau jangan terlalu merasa khawatir, Merzangus.” “Oh ya... masakan untuk makan malam juga sudah saya siapkan. Masih berada di atas tungku. Jika Rasul kita datang bersama dengan para hawari, semoga Miryam dapat membantu menyajikannya. Mohon perkenankan saya pamit! Keduanya pun berpisah... Berpisah dan berpisah... Berpisah untuk tidak pernah bertemu lagi.... -o0o- 44853. Berpsah Slmnya Merzangus telah menceritakan kisah ini kepada Prokula, istri wali Pilatus, ketika mengantarnya ke tempat Maryam menghabiskan waktu untuk beribadah dan mengasingkan diri. “Aku sendiri telah menyaksikan semua mukjizat luar biasa mulai dari sejak lahir! Sebentar lagi kita akan bertemu dengan Ibunda Maryam. Engkau dapat mengetahui secara lebih dekat bagaimana putranya dilahirkan dengan penuh kesulitan. Namun, sejak saat itu pula Maryam telah membekali diri untuk membentengi putranya yang kelak akan membawa mukjizat luar biasa.” Saat bicara seperti ini, Merzangus hanya bisa tersenyum menahan pedih di dalam hatinya mengingat semua peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Merzangus terbatuk-batuk. “Pada masa-masa itu, orang-orang Yahudi telah menganggap bahwa perempuan adalah lebih lemah dari pada anak laki-laki. Inilah adat kehidupan dunia pada masa itu. Kaum wanita sama sekali tidak pernah dianggap sebagai bagian dalam kehidupan oleh para ahli politik, pembesar 449kerajaan, bangsawan, dan bahkan oleh pemuka agama. Maryamlah yang mengguncang kesombongan dan pangkat dunia yang selalu mereka agung-agungkan. Perempuan yang saat diasingkan dari tanah kelahirannya hanya berbekal sehelai pakaian yang melekat di badan. Namun, mereka sama sekali tidak menyadari bahwa perjalanan itulah yang akan membawanya pada pertolongan Ilahi. Sebuah perjalanan yang membawanya menyaksikan Isa al-Masih yang dengan seizin Allah mampu menghidupkan orang yang sudah mati atau menyembuhkan yang sedang sakit keras. Maryam mungkin tidak bisa menunjukkan semua mukjizat agung itu. Namun, Allah telah membuatnya mampu melakukan sesuatu yang juga sangat luar biasa. Allah telah menjadikan Maryam sebagai seorang ibu yang melindungi sang Kalamullah saat semua orang menghardiknya, menghinanya. Dengan kehangatan seorang ibu, pada masa-masa sulit itu Maryam mendekap erat sang putra. Mukjizat kesabaran dan kasih sayang yang begitu luar biasa itu akan menjadi contoh dan panduan bagi seluruh umat manusia di sepanjang masa... Seharusnya engkau menyaksikan masa-masa itu, wahai putriku, Prokula. Saat semua orang melemparinya dengan batu, menghalang-halangi jalannya dengan menebar duri, meneriakinya dengan penghinaan yang tiada tara, memukulinya tanpa kenal kasihan. Namun, dalam semua kesulitan itu, Ibunda kita, Maryam, tetap tegar dalam kecerahan wajah penuh pancaran nur, dengan hati yang teguh penuh dengan kekuatan iman. Ia berjalan dan terus berjalan tanpa sedikit pun bicara. Seolah-olah semua kejadian itu baru saja terjadi pada hari ini. Waktu itu, di tengah-tengah keramaian, aku merasakan 450diriku begitu lemah tak berdaya. Terdetak dalam hatiku untuk mendapatkan jalan keselamatan darinya saat pandanganku bertemu dengan pandangannya. Saat semua warga al-Quds yang telah terbakar hatinya dengan amarah berteriak sekeras- kerasnya, Engkau adalah saudara perempuan Harun, wahai Maryam! Lalu bagaimana engkau begitu terlaknat untuk melakukan perbuatan dosa besar itu! Dengan siapa engkau telah melahirkan anak itu!?’ Sungguh, pedih sekali hati ini aku rasakan saat itu. Aku pun tersungkur seolah-olah ribuan belati yang tajam datang menghunjam. Namun, beribu syukur semoga tercurah ke hadirat Allah. Terjadilah apa yang telah Allah titahkan untuk terjadi. Saat Maryam mengulurkan sang bayi ke hadapan para rahib Baitul Maqdis semua orang yang menentangnya atau berhati sekeras batu pun terdiam seribu bahasa dengan lidah terkunci saat dengan seizin Allah bayi yang baru saja dilahirkan itu dapat berbicara. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan Maryam sehingga engkau akan memahami semuanya dengan lebih terperinci...” Perjalanan malam hari itu menyusuri jalan setapak nan terjal, berlika-liku, licin, menyusuri semak-semak belukar pepohonan hena. Akhirnya, Merzangus dan Prokula tiba di sebuah surau kecil di selatan al-Quds. Sepanjang jalan, Merzangus juga bercerita panjang lebar tentang tanaman hena. Ia juga menceritakan petualangannya menyusuri padang sahara yang ia alami di masa kecil bersama Zahter. Entah sudah berapa kali Merzangus menceritakan kisah ini? Seolah-olah semua kejadian yang mengisi waktu kehidupannya sampai saat ini telah begitu padat memenuhi angannya dalam bayangan seperti embusan kabut yang terbang dengan begitu lembut. 451Sungguh, semua kejadian sepanjang kehidupannya itu telah berlalu penuh kepedihan. Meski demikian, ia tetap bersabar dan berusaha tegar seraya menghunus pedang. Ia akan terus berjuang. Meradang dan menerjang menjadi sikap seorang Merzangus. “Pohon perdu ini jenis yang tidak sabar. Ia tidak ingin seorang pun mendekat, menyentuhnya. Persis sekali keadaannya dengan para pengembara yang tak sabar. Hatinya selalu dipenuhi dengan keinginan untuk dapat segera menempuh perjalanan secepat-cepatnya. Itulah kalian, wahai pepohonan hena!” kata Merzangus. Jika disentuh bunganya, bagian itu langsung pecah. Benih dari dalam kelopaknya mencuat dalam waktu dan kecepatan yang membuat semua orang kaget dengannya. Seolah-olah ada sebuah surau tempat dia menimba ilmu dan beribadah yang ingin segera dikunjungi. Seakan-akan ingin sesegera mungkin berlari, menghindarkan diri dari pesona dunia. Berlari dan terus berlari untuk meninggalkan dunia sejauh- jauhnya di belakang... “Berlari menuju ke haribaan Allah,” tambah Merzangus. “Tahukah engkau mengapa bunga hena ini berteriak pedih? Dia katakan lepaskan, biarkan aku! Jangan sentuh aku, jangan halang-halangiku karena aku harus segera pergi! Seolah-olah mereka berteriak, Noli Me Tengere’.... berlari menuju Allah.” -o0o- 452Saat sampai di surau, mereka menyaksikan Miryam sedang bersimpuh di pangkuan Maryam, menangis sejadi-jadinya. “Linangan air mata hamba yang bartobat tidak lebih rendah daripada linangan air mata para hamba zuhud yang meninggalkan keduniaan dan penyabar,” demikian kata Maryam. “Sampai saat ini belum ada seorang wanita ahli tobat yang sedemikian banyak menangis kepada nabi kita, Isa ,” kata Maryam lagi sehingga Miryam pun semakin menjadi-jadi tangisnya. Ia terus bersimpuh di atas pangkuan dalam belaian lembut tangan Maryam. Setelah beberapa saat, keempat wanita itu bersama-sama beranjak pergi ke pemakaman... Ini sungguh perjalanan yang dipenuhi kesedihan. Mereka ditemani lentera yang ikut menahan kepedihan dalam keremangan cahayanya. Semua orang saat itu masih mengkhayalkan nabi mereka yang sedang menikmati makan malam sehari sebelum sang pengkhianat memberitahu kepada wali Roma mengenai keberadaannya. Sampai saat itu pula semua orang masih belum memahami hikmah di balik contoh yang diberikan Nabi Isa untuk selalu bersedekah, baik saat makan maupun setelahnya. Bahkan, Miryam begitu senang mempersiapkan hidangan makan yang penuh dengan pengabdian dan ketulusan. Saat itu, Miryam selalu membersihkan nampan tempat makan dengan mengusapkan minyak yang menjadi kesukaan Nabi Isa. Suatu ketika, Miryam tidak kuasa menahan kepedihan hati sehingga terlintas keinginan untuk membersihkan sisa- sisa makan Nabi Isa dengan harapan agar Allah mengampuni 453dosa-dosanya. Tanpa mengganggu siapa pun, ia membersihkan nampan dan tikar yang digelar untuk acara makan. Miryam begitu malu dengan perbuatan dosa di masa lalu. Setelah bertobat ia tidak pernah melepaskan diri dari pakaian bercadar. Ia selalu merasa malu dengan sesama. Malu dan merasa tersiksa dengan kehidupan masa lalunya. Begitulah seorang Miryam setelah bertobat.... Pada suatu malam, Miryam juga melakukan hal yang sama. Ia merangkak memasuki ruangan untuk membersikan nampan dan semua perkakas tempat makan malam. Saat itu dirinya tidak tega melihat Nabi Isa yang begitu lelah dan merasakan kepedihan dari kedua kakinya yang penuh dengan tusukan duri hingga darah keluar sana. Miryam tidak kuat membayangkan perjuangan Nabi Isa. Ia tak kuasa menahan tangis seraya membersihkan tempat makan. Di tempat duduk Nabi Isa tampak noda darah. Dengan air mata bercucuran, Miryam terus membersihkan bercak-bercak darah itu dengan minyak. Sesampai di pemakaman, mereka mulai mencari-cari berharap ada tanda dari kejadian hukuman mati dilaksanakan siang hari. Meski Merzangus dan Maryam yakin bahwa yang dijatuhi hukuman mati itu bukan Nabi Isa, mereka masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Benarkah al-Masih masih hidup ataukah sudah meninggal? Lalu, di mana keberadaan Nabi Isa sekarang? Karena tiga hari ini tidak ada tanda dan kabar dari Isa , keempat wanita itu datang ke pemakaman untuk mendapatkan tanda keberadaanya. Selama tiga hari Maryam dengan tegar menghadapi seluruh kepedihan yang menghunjamnya. Namun, dalam tiga 454hari terakhir ini kepedihan itu menikam hatinya begitu dalam. Ia pun luluh bagaikan lilin yang terbakar. Malam itu, Maryam seakan-akan menjadi seorang ibu yang terhimpit di antara langit dan bumi. Garis takdir sepanjang masa telah mendapati diri Maryam sebagai hamba yang selalu teguh, taat, dan rajin bagaikan seorang santri. Namun, seperti apa pun itu, ia adalah seorang ibu, yang hatinya juga begitu terluka. Remuk jiwanya merasakan kepedihan perasaan yang tidak juga kunjung mengetahui keberadaan putranya. Maryam diam terpaku, seakan-akan seisi jiwanya telah membeku.. Mungkinkah jiwanya membeku? Bagaimana rasa jiwa yang membeku? Kadang air begitu keras membeku, kemudian retak dan patah hingga berkeping-keping. Begitu juga jiwa saat disentuh dingin kepedihan merindukan anak. Jika itu adalah jiwa seorang ibu, saat itulah seisi jiwanya akan membeku kemudian hancur berkeping-keping. Malam itu seakan-akan menjadi masa-masa kelahiran putranya di Betlehem. “Sungguh, kehilangan dirinya sepedih melahirkannya, duhai Tuhanku!” rintih Maryam. Terhimpit hati Maryam. Ingin sekali ruhnya terbang dari jeratan jasadnya. Bukan dengan kedua matanya, melainkan dengan dua ribu mata untuk mencari keberadaan putranya. Ingin sekali kedua tanganya segera mendekap erat-erat putra yang juga nabinya. Remuk hati Maryam.... terbakar kepedihan merindukan putranya... 455Apa yang sebernarnya telah terjadi pada putranya? Padahal, sepanjang hidup, Maryam memang telah mendekap erat-erat sang putra yang lahir tanpa ayah. Maryam ingin sekali meringankan kepedihan putranya dengan mencurahkan seluruh cintannya kepadanya. Namun, begitulah yang terjadi setiap kali menyisir rambutnya, setiap mencium keningnya, setiap mengangkatnya saat terjatuh, setiap memerhatikannya dari kejauhan saat bermain dengan teman-teman sebayanya. Hati Maryam selalu gemetar. Adakah seorang ibu yang bosan memerhatikan anaknya tumbuh? “Ah... kedua tangannya begitu lembut...” pikir Maryam dalam perasaan begitu pedih. “Sungguh, kedua tangannya selembut sutra.” Isa seakan-akan tidak tumbuh dewasa untuk ibunya. Kedua tangannya maksum dan lembut sehingga tak jemu- jemu Maryam membelai dan menciumnya Ia laksana hujan yang mengguyur pada musim semi. Ah, betapa wangi aroma putranya, laksana delima yang diturunkan dari surga, minuman segar yang diambil dari saripati telaga Salsabil di surga. Mutiara. Zamrud. Dialah Isa bagi Maryam. “Rambutnya yang terurai sampai ke keningnya...” pikir Maryam kemudian. “Ah rambut putraku.... sungguh rambutnya...” kata Maryam kemudian seraya hanyut dalam tangis. Pikiran, khayalan, dan perasaannya tumpah merindukan putranya. Baru sekali ini Maryam menyebut Isa al-Masih dengan kata “anakku” dengan suara lantang. Padahal, selama ini tidak pernah Maryam mengatakan “milikku” pada apa pun. Sungguh, ia tidak pernah 456mengatakannya. Ia merasa malu kepada Tuhannya. Baru sekali ini Maryam mengatakan kepada para sahabatnya. “Sungguh, putraku begitu indah bagiku. Tahukah engkau?” tanya Maryam sehingga semua orang pun menangis saat mendengarnya. Maryam saat itu seakan-akan telah berbuka dari puasa bicara. Berbuka dengan jerit kepedihan hati seorang ibu. “Sering aku memerhatikan wajahnya saat tidur. Pada keningnya terurai seikat rambut. Tepat di sini....” “Tepat di sini...,” kata Maryam sambil menunjukkan keningnya sendiri. “Namun, apa yang telah terjadi dengan rambutnya, Merzangus? Di manakah sekarang keindahan wajahnya? Di manakah ia tertidur sekarang? Dengan bantal batukah ia kini tidur? Aku tidak pernah tega dengannya! Tidak tega untuk melihatnya, untuk membelainya, untuk menyentuhnya.” Di pinggir pemakaman, Maryam menggenggam sambil menciumi ranting-ranting pohon cemara yang begemerisik tertiup angin. “Dedaunan ini seharum wangi rambutnya. Wahai sahabatku, pohon Palestina, mengapa selama ini engkau diam saja tanpa memberiku berita akan keberadaan putraku? Mengapa bebatuan dan angin yang bertiup juga terdiam seribu kata?” Sahabat-shabat Maryam belum pernah melihatnya seperti itu. Sungguh, jika seorang anak meninggal sekali, seorang ibu akan meninggal seribu kali. Jika seorang anak hilang sekali, bagi ibu ia berlipat menjadi seribu kali. Seribu kali mati dan menghilang. Dan Maryam telah merasakan ketidaannya. Jika 457Tuhan tidak menuntunnya, jika Ia tidak membentenginya dengan kesabaran yang luar biasa, mungkin saja di malam itu Maryam juga ikut luluh. Merzangus hanya mampu berkata, “Isa al-Masih adalah hamba dan utusan Allah.” “Namun dia juga anakku. Sungguh, dia anakku yang sangat tampan,” kata Maryam memotong kata-kata Merzangus. Jika keduanya mendapati kejadian ini saat masih berusia muda, mungkin hancur dan guncang sudah seisi jiwa. Saat itulah, dalam kondisi yang sudah mulai ringkih karena tua, Merzangus tiba-tiba mengarahkan pedangnya yang terhunus ke arah bayangan seorang musuh dalam kegelapan. Dirinya seakan-akan telah menjadi gila. “Apa yang telah Anda katakan, wahai wanita mulia? Mungkinkah Allah akan meninggalkan Kalamullah-Nya? Pasti Allah akan memberi kabar akan keberadaannya ke dalam hati Anda, ke dalam jiwa hamba yang kembali kepadanya...” Inilah kata-kata Merzangus. Namun, dalam hati, ia juga berkata, “Jika saja angin yang berembus itu adalah seekor kuda tunggangan sehingga aku akan melompat ke atas punggungnya seraya memacunya dengan sangat kencang untuk segera menemukan keberadaan al-Masih. Mereka mencari tanda keberadaan Isa di seluruh pemakaman. Merzangus sesekali menghunus pedangnya seraya menebaskan ke arah kegelapan, menyangka ada suara gemeresik kedatangan musuh yang akan menyerang Maryam. Yang lain berjalan dalam tangisan pilu mencari tanda keberadaan maupun kematian Nabi Isa. Jika Allah tidak menggenggam alam dengan menurunkan kesabaran, niscaya langit akan pecah berkeping-keping karena 458kemarahan-Nya di malam itu. Alam dan isinya tentu tidak akan tinggal diam saat menyaksikan seorang yang maksum dibunuh, bukan? Pernahkah langit terpaku dan membisu saat melihat seorang maksum dihardik tanpa kenal belas kasihan? Pernahkah bumi diam tanpa mengguncangkan dirinya saat Kekasih Allah disiksa? Jika sampai saat ini alam dan isinya masih diam, pasti itu karena kesabaran-Nya. Pada malam itu, langit dan bumi telah menghamparkan kesabarannya seluas- luasnya... Sepanjang malam Maryam membelai setiap nisan. Merebahkan rerumputan yang ada di atasnya dengan air mata kasih sayang. Tanah kuburan pun ikut merintih pedih bersama tangisan Maryam. Jika Allah tidak menurunkan kesabaran kepadanya, niscaya tanah akan terbelah, meneriakkan kemarahan dengan teriakan sejadi-jadinya. Namun, langit dan bumi telah berada dalam kesabaran seorang ibu. Sementara itu, malam masih menyelimuti wajah dalam tangisan kepedihan sehingga malam yang gelap gulita pun menjadi terang di samping Maryam yang begitu menanggung kepedihan perpisahan dengan putranya. Jika seisi alam sedemikian pedih, menjerit, meratapi kepergian Isa, lalu bagaimana dengan Maryam? Apa yang mesti dikatakan kepada seorang ibu yang jiwanya terbelah meratap pedih karena kepergian putranya? Ia mencari dan terus mencari, bertanya kepada setiap makhluk, tanah, embusan udara, runcing duri yang menghalanginya di jalanan, kalajengking yang gemetar lemah dalam sengatan kepedihan, ular yang berlidah setajam pisau, bahkan kepada bulu-bulu burung hantu yang terbang dengan malu. 459Saat dalam keadaan seperti inilah, saat Maryam tak lagi sadarkan diri, mencari dan terus mencari jejak putranya ke segala penjuru, tiba-tiba tercium wangi bunga melati... Bau ini...! Ya, bau ini adalah....! Sampai saat itu pula Miryam tiba-tiba melompat mengejar bayangan kedatangan seseorang dari kegelapan yang dia sangka seorang juru kunci. “Wahai penjaga kuburan! Wahai seorang yang bertugas menggenggam kunci-kunci kepedihan di pemakaman ini! Apakah engkau membawa berita tentang keberadaan tuanku, Isa al-Masih? Tunjukkan kepada kami tempat ia dimakamkan? Atau tunjukkan kepada kami di mana keberadaannya saat ini? Wahai seorang yang menjaga pintu perantara di antara kehidupan dunia dengan alam akhirat, berkenankah membantu kami?” Demikian tanya Miryam. Padahal, bayangan nurani itu tidak lain adalah nur Isa al- Masih yang diutus untuk menemui ibundanya sesaat sebelum kepergiannya. Ia pun mulai menuturkan apa yang sebenarnya telah terjadi kepada mereka, terlebih kepada ibunya agar tidak larut dalam kesedihan. Dirinya telah diangkat ke langit atas izin Allah. Selain itu, sosok yang telah dijatuhi hukuman mati adalah Yahuda yang telah berkhianat karena menjual berita. Itu semua bisa terjadi juga atas kehendak Allah agar orang- orang zalim tertipu dan menangkapnya. Hanya beberapa saat penuturannya... Kemudian, bayangan nur itu tersenyum seraya berbalik sebelum pergi. Terang senyuman pada wajahnya. Tampak jelas hiasan di balik jubahnya yang tak lain adalah hasil 460pintalan Maryam. Kemudian, ia mengangkat jari telunjuknya, mengucap salam dengan menganggukkan kepala, lalu menghilang ke angkasa. Dan lagi, tepat sebelum kepergiannya, ia berpesan kepada ibundanya. “Wahai Ibu, janganlah menangis. Sungguh telah datang waktu yang ditentukan bagi Kalamullah,” katanya berpesan kepada ibundanya dalam tetesan air mata. Mereka pun berpisah... Seperti biasa, Miryam ingin mendekatinya. Berharap untuk sekali lagi dapat melihat wajahnya dari dekat. Namun, Sang Ruh telah berpesan kepadanya, “Mohon relakan diriku. Jangan engkau mencegahku,” katanya sebelum hilang dalam sekejap mata. Demikianlah, Sang Kalamullah yang turun dari langit telah kembali lagi ke langit. Sementara itu, Maryam mengumpulkan para sahabatnya seraya mendekap mereka dengan erat... -o0o- 461Peutup Kasih sayang adalah kedudukan yang jauh lebih tinggi dibanding cinta. Ia bahkan telah menjadi mahkota dan dipakaikan oleh malaikat kepada Maryam… Lalu, tertutuplah Maryam oleh tirai... Hingga tak seorang pun melihat wajahnya, tak seorang pula mendengar suaranya. Tak pernah ia bertutur kata… Selalu berdiam sebagai titahnya. Rahasia kasih yang hakiki adalah bersandar pada kemampuannya untuk diam. Jiwa seorang kesatria adalah menggenggam cinta untuk tidak melepaskannya. Namun, berlepas darinya tanpa pernah merasa memiliki hak atasnya adalah perbuatan yang membutuhkan jiwa kesatrianya kesatria… Dan Maryam, bahkan sebelum kelahirannya, telah dilepas, dikurbankan kepada Allah... Maryam semakin menutup diri, terlebih setelah kelahiran putranya... Demikianlah dunia baginya. Tak lebih dari setarik napas atau sehelai bulu yang terhempas... Segala yang ia cintai telah diberikan kembali kepada Allah. 462Telah ia berikan lagi “Kalamullah” miliknya ke langit. Dan setelah itu, semua kata tidaklah lebih dari sebatas kulit, selebar bayangan, dan gunjingan cinta. Karena itulah Maryam diam… Terdiam dalam keteguhan laksana gunung… Bagaikan mata air terjun dari ketinggian… Demikian ia telah meleburkan diri… Melebur ke dalam rahasia cinta dan kasih sayang… Melebur untuk menampik segalanya, mengasingkan diri menjadi hamba ahli tobat…. Semoga salam dan rahmat Allah terlimpah untuk para hamba saleh yang senantiasa menyeru kita untuk bertobat. Semoga salam dan rahmat Allah senantiasa tercurah kepada Maryam, Asiyah, Khadijah, dan Fatimah… ratunya para wanita surga. Semoga salam dan rahmat Allah, berkah dan kemuliaan Zat yang tiada sesembahan selain Dia, untuk baginda dan rasul-Nya, panutan dan kekasih kita umat manusia, sultan para nabi, Muhammad al-Mustafa , beserta segenap sahabat dan ahli baitnya…. 2 Rajab-14 Syakban 1429 3 Juli – 16 Agustus 2008 -o0o- 463Serial 4 Wanita Penghuni Surga 464
maryam bunda suci sang nabi pdf